Mencintai itu seperti empat musim yang datang tak kenal waktu
Menyeruak tiba-tiba membuat rona mukamu mengharu biru
Namun rona itu tak tinggal lama karena digantikan duka menderu
Lalu kamu mencoba berpasrah dalam sunyi seribu kelu yang layu
Oh betapa mencintai itu penuh dengan kejutan manis yang setia
Mereka-reka apa yang akan terjadi di ujung sana ketika ia menyapa
Mengerling kepadanya hanya untuk menunjukkan senyum mesra
Menggandeng tangannya dalam gemericik air pada payung di kala senja
Namun mencintai itu juga berarti pertikaian karena keegoisan diri
Karena hati ingin lebih dipahami daripada logika yang kerap menyendiri
Dan akhirnya hati itu terasa dipanggang sejuta bara yang seakan tak mau mati
Hingga di ujung simpang jalan itu akan kita pilih ke kanan atau ke kiri
Semua musim dalam cinta itu ditutup oleh musim semi khusus untuk cinta
Dimana dua hati yang terluka telah terobati dan siap memadu asmara
Mengucap janji dalam tatapan mesra bagi dunia baru yang datang dengan likunya
Di musim semi itu, semuanya berlalu digantikan oleh kecup mesra
Dan mencintai itu kembali kepada alamnya…
September, 2011