Minggu, 28 Oktober 2007

ANAK JAMAN SEKARANG VS ORANGTUA JAMAN SEKARANG


"Dasar anak jaman sekarang!"

Kata-kata itu sering kita lontarkan pada anak-anak usia remaja atau yang beranjak dewasa manakala mereka berlaku seenaknya di depan hidung kita orang dewasa.


Beberapa waktu yang lalu, ketika saya dan istri sedang makan di sebuah gerai fastfood, seorang anak usia tanggung - kemungkinan anak SMA - dengan seenaknya meludah di depan saya dan istri. Langsung seketika itu juga, saya tegur anak itu. Apa jawabannya? Hanya lambaian tangan tanpa melihat kita.

"Dasar anak jaman sekarang!" rutuk saya. Walau begitu, saya tidak hanya berhenti sampai teguran tadi saja. Ketika ibunya mendekat, saya terus tegur anak itu. Teguran saya hentikan ketika orangtuanya tidak memberikan reaksi apapun. Apa-apaan ini? Orangtuanya cuek saja!


Nalar saya langsung terhenyak.

Satu hal yang terlupa selama ini ternyata adalah anak model seperti itu adalah produk dari orangtua model itu juga. Parahnya, di kota besar seperti Jakarta ini, orangtua model seperti itu banyak sekali! Saya berandai-andai apabila 4 dari 10 orangtua seperti itu - bertingkah sama "oon-nya" dengan anaknya - pasti kacau sekali Jakarta ini. Namun ternyata, asumsi saya itu mendekati kenyataan. Boleh coba lihat sekitar kita.


Di jalan - di hampir setiap belahan jalan dalam lingkar Jabotabek - pasti kita temukan para pak Ogah yang menawarkan jasa memandu mobil untuk berputar ke sisi jalan lainnya di tempat pemutaran yang tidak semestinya. Pak Polisi kemana? mungkin mereka sudah capai atau memang itu suatu bentuk kerjasama supaya masyrakat sekitar bisa dapat penghasilan tambahan? Pasti ada satu alasan dimana saya tidak berhak untuk menuduh bukan?


Masih di jalan. Mobil dengan pelat militer pasti lebih diberi keistimewaan atau minta diistimewakan - kecuali kalau konvoi ada yang meninggal dan kunjungan tamu lho, itu sih masih masuk akal -walaupun tidak memiliki kepentingan sangat penting kecuali hanya mau ke kantor saja. Apabila mobil di depan mereka sedikit melambat karena memang harus melambat - kalau tidak bakal mencium mobil di depannya - malahan di beri klakson yang "manis" dengan nada "get out of my way!" alias "lambat banget sih lu!". Siapa yang tidak keder melihat pelatnya pakai bintang!


Masuk menyelusup ke perkantoran. Tidak bisa dipungkiri, banyak penjilat, banyak penjegal, banyak pelaku love affair, dan banyak penyimpangan lainnya. Ampun deh!


Merayap di perkampungan. Di perkampungan, hampir semua anak bermain di gang yang lumayan sempit. Bermain tanpa melihat kanan-kiri adalah favorit anak-anak. Coba saja anda masuk ke suatu gang dengan kecepatan 5 Km/ jam tanpa menginjak rem. Ditanggung bakal ada suara, "gubrak!" lalu tangisan seorang bocah bakal terdengar. Disusul kemuadian suara seorang dewasa, "lu apain anak gua? lu kagak lihat ape? banyak anak-anak! mata lu taruh pantat kale? Lu ganti pengobatannya! sini lu ada gopek kagak? kalau ampe dioperasi, lu tanggung bayarannya!"

Mati deh!


Mendaki apartemen mewah dan menyusuri perumahan elite. Siapa yang menyangka, kalau di apartemen mewah dan perumahan elite terdapat banyak akar kekisruhan di banyak tempat di Jabotabek ini. Gaya hidup yang didapat para penghuni apartemen yang notabene 'easy life' membuat mereka enak saja ngebut di jalan. Kalau tertangkap tangan pak polisi, tinggal bayar atau tinggal telpon "backing babe" buat menyelesaikan masalah. Tidak jarang pak polisi malas menilang mereka karena melihat plat nomor istimewa yang tentu saja didapat dari pak polisi juga. Bingung gak? Susahnya, banyak oknum aparat yang dengan mudah menjadikan dirinya "backing" buat orang-orang tertentu. Tidak hanya oknum aparat, bahkan oknum pegawai pemerintah bidang lain juga setali tiga uang.


Nongkrong di perempatan jalan. Para kaum miskin memanfaatkan kemiskinan mereka. Terkadang dagangan kemiskinan mereka tambahi dengan sedikit "action kriminalitas". Biar seru! Mereka yang naik angkutan umum, stress! mereka yang naik mobil pribadi, was-was!Mereka yang berjalan kaki, gemetar! capek deh!


Nah, bagaimana anaknya tidak seenakknya sendir! bagaimana kita bisa menyalahkan mereka seratus persen - seribu persen juga boleh - kalau ternyata itu mereka warisi dari orangtua mereka. Gila deh, orang biasa seperti saya ini. Mau ikut gila, kocek kurang terus... Mau tidak ikut gila, miris juga melihat masa depan bangsa ini.

Untuk lebih jelasnya, yang miskin amupun yang kaya sama saja. Semuanya ingin hidup seenak-enaknya. Semuanya ingin melanggar hukum dengan aman dan damai. Bahkan trend semacam ini sudah masuk ke tempat-tempat peribadatan lho! waspadalah!

Orangtuanya saja begitu, anaknya pasti lebih ngeri dong!


salam Shouting!



Rabu, 03 Oktober 2007

KETIKA KITA DI TITIK NOL


KETIKA KITA DI TITIK NOL


Sedikit sharing....


Ketika terbangun pagi hari ini, aku mengucap syukur kepada Tuhan akan hidup yang aku alami dan aku dapatkan dari Dia.

Aku teringat ketika aku berada di titik nol. Ketika secara keduniawian aku tidak punya apapun untuk dibanggakan. Ketika kesombonganku hilang hanya dalam hitungan detik. Ketika aku harus merelakan karirku yang berada di puncak untuk kemudian jatuh menjadi "Nobody".


Ketika aku berada di titik nol, tentu saja seperti manusia lainnya, aku mengeluh pada Tuhan. Ketika aku berangkat kerja dan harus berdesakkan di bis kota dengan sejuta bau berkeliaran menusuk hidung, aku hanya bisa pasrah.


Ketika kita di titik nol, bukan Tuhan yang menghendaki. Kesombongan dan kelengahan kitalah yang menuntun.


Aku ingat bagaimana aku mulai merangkak. Aku juga ingat bagaimana aku menyimpan ketakutan ketika sedikit demi sedikit apa yang dulu aku miliki kembali lagi. Ketakutan akan kehilangan semuanya dan merangkak lagi.


Tuhan...cukup sekali saja...dan sekali itu adalah hari-hari yang lalu...

Selasa, 02 Oktober 2007

SAAT KAMU PUTUS ASA


SAAT KAMU PUTUS ASA


Saat kamu putus asa,

berpasrahlah pada Allah yang memberi hidup

Saat kamu putus asa,

ingatlah bahwa kita hanya debu yang berjuang

melawan hidup yang penuh gelombang.

Maka ketika kamu berpasrah,

pertolongan itu akan datang

menggulung semua persoalan lebih dari yang kamu kira.


Saat kamu putus asa,

berusahalah untuk keluar dengan daya upaya

dan jangan pernah lupa bahwa kamu hanyalah debu

yang terus memohon belas kasih Allah sang Khalik,

Sang Empunya hidup.

Tiada gelombang yang mampu mengalahkanmu

walau kamu hanyalah setitik debu

ketika Allah ada di belakangmu


Saat kamu putus asa,

ingatlah Allah,

sebutlah namaNya,

dan sejuklah hatimu..



salam!

Senin, 01 Oktober 2007

TERTAWA SAJA!



Tertawa saja! Mungkin kita semua sering tertawa di saat gembira. Namun di saat kita sedih, bisa juga kita tertawa lho!

Ya, hanya saja kalau sedih sekali seperti musibah bencana alam yang dahsyat, kehilangan orangtua atau istri atau suami...ya, masih sangat aneh apabila kita tertawa, apalagi ngakak! Bisa-bisa kita dianggap gila!

Yang aku maksud itu...seumpama kalian menunggu hari gajian yang tinggal 3 hari dan uang tinggal 50 ribu...cobalah untuk tertawa; mentertawakan nasib kita. Jangan khawatir! karena tawamu itu bisa membuat wajahmu cerah dan siapa tahu mudah dapat pinjaman untuk menyambung hidup. Ya, kan?

Seumpama boss di kantor sedang dalam keadaan bad mood...dan kamu yang kena semprot...tetaplah tersenyum dan tertawalah kecil. Ingat tertawa kecil saja! hehehehehe...dasar nasibku lagi apes..untung cuma dimarahi sebentar. Nah! sewaktu si boss ketemu kamu di kesempatan yang lain pada hari yang sama dan ia melihat wajahmu tetap ceria, maka si boss tahu bahwa kamu adalah "man of all seasons" alias "manusia tahan banting". Boss suka orang seperti itu. Bisa dimarahin terus maksudnya. Temanku mencap orang seperti itu sebagai "kere yang kehabisan kata-kata!"


Ada kalanya kita menyadari kalau kita ini boleh dan dapat mentertawakan nasib kita. Apabila gaji naiknya cuman sedikit, ya, tertawa saja. Bisa tertawa sembari kirim cv ke tempat lain atau tertawa sembari menghitung perkiraan pengeluaran tahun depan.


Tertawa juga bisa untuk menghibur teman yang sedang menceritakan suami atau istrinya yang selingkuh. "Hahahahahahaha...gila itu si Tony. Coba kalau kamu di sana, bakal digampar tuh perempuan!" Teman yang sedang kesal dan sedih itu mungkin akan sedikit tersenyum dengan tawa dan celetukkan kita.


Oleh karena itu, tertawalah dengan penuh syukur. Kita masih diperbolehkan tertawa dan mensyukuri apa yang terjadi pada kita dan lingkungan sekitar kita. Tapi hati-hati ya....ketika melayat dan bertemu dengan banyak teman atau saudara yang telah lama tidak berjumpa, jangan tertawa dengan keras. Salah-salah, orang yang barusan meninggal itu keluar dari peti mati dan menghampiri kamu sambil berkata, "Lagi cerita apa sih, kedengarannya hepi banget!"

Hahahahahahahahahaha...ayo, tertawa!



salam tawa!