Setelah melihat bagaimana carut marutnya ekonomi Indonesia karena segelintir orang yang bermain dalam perekonomian kita, sekarang tiba saatnya untuk melihat sisi pembauran masyarakat 'gado-gado' Indonesia.
Semua orang pasti mengerti susunan kelompok masyarakat dalam Indonesia. Susunan paling bawah dan paling menguasai adalah masyarakat miskin dan kurang berpendidikan. Maaf apabila kasar. Susunan selanjutnya adalah masyarakat menengah lapis bawah. Untuk dipahami, masyarakat menengah dibagi menjadi dua lapis. Pada lapis bawah, kebanyakan mereka adalah berpendidikan dibawah S1 dan minimal SMA dengan daya beli cukup baik. Lapis kedua adalah kalangan menegah lapis atas. Disini bercokol para profesional yang dalam hal keuangan cukup aman karena pekerjaan mereka cukup menghasilkan rupiah yang masih tersisa untuk investasi lainnya. Kebanyakan orang pada lapis atas kelas menengah ini adalah para manager, dokter, guru level-level tertentu dan pengusaha dalam lingkup kota.
Pada masyarakat selanjutnya adalah masyarakat papan atas. Tentu saja kita sudah bisa membayangkan sedikit seperti apa orang-orang di kalangan tersebut. Para pejabat dengan fasilitas jabatan yang lengkap, wakil rakyat, pengusaha kelas kakap dan juga termasuk didalamnya adalah koruptor kelas wahid.
Budaya mengekor gaya hidup televisi kiranya cukup mewakili keretakkan-keretakkan dalam masyarakat 'gado-gado' Indonesia. Di banyak jalan di Jakarta, para kelas menengah lapis atas sering cukup pro-aktif mempertontonkan gaya hidup hedonisme tersebut. Mobil completely built up dengan dandanan necis dan harum mewakili keinginan mereka untuk diterima di percaturan masyarakat papan atas. Sementara dari gaya bicara, mereka ingin terus memimpin masyarakat kelas dibawahnya. Masyarakat papan atas juga tidak mau ketinggalan. penampilan mereka di majalah fashion dari peragaan busana sampai peristiwa launching suatu produk, bahkan suasana keagamaan yang menonjolkan ke-elegan-nan gaya hidup mereka diumbar dengan enteng. Ketika berada di jalan-jalan ibu kota, jelaslah tempat mereka yang khusus. Hotel mewah, club house yang sekali tenggak minuman beralkohol bisa satu juta rupiah, butik perancang mode ternama, pusat perbelanjaan internasional, salon khusu member dan masih banyak lagi tempat 'hang out' yang wah yang tidak bisa disebutkan satu per satu di sini. Saya khawatir anda semua iri.
Gaya hidup tersebut coba diikuti juga oleh mereka yang sangat teramat miskin. Tentu saja jadinya terlihat tolol dan mengada-ada.
Hanya saja ketika kebosanan, keirian menghampiri; maka mau tidakmau kriminalitas beranjak. Oleh karenanya jangan heran apabila di beberapa media massa diberitakan tentang perampokan dan pembunuhan demi mendapatkan harta.
Parahnya, mereka yang kaya ini sering mengidentikkan diri mereka sebagai orang yang baik dan berbudi. Berpikir bahwa banyak sekali sumbangan yang sudah mereka berikan melalui panti-panti asuhan dan saluran bantuan lainnya, mereka merasa aman. Merasa sudah banyak membantu aparat, mereka pikir sudah terperhatikan. Namun sayangnya dalam hukum alam 'ketika semuanya terlambat', halitu tidak bisa dijaminkan seratus persen.
Orang butuh makan dan juga haus akan gaya perilaku mereka yang sepertinya 'mencret' uang. Itu sangat alamiah.
Manusia dibekali sifat pencemburu.
Lingkup ruang keagamaan tidaklah cukup. Ketika kita mempraktekkan agama kita dalam lingkup "REAL ESTATE" kita, maka kita sangatlah kurang peka.
Real Estate menjauhkan fungsi kita sebagai manusia nyata dan sebagai bagian dari masyarakat 'gado-gado' yang penuh 'goda-goda'. Lingkup ruang dimana selalu ada pembantu dan sopir yang secara lahiriah dan batiniah menderita, tidak menolong kita untuk memiliki kekuatan doa. Semua doa dan pujian kita sudah mendapatkan 'reward' alngsung dari Tuhan. Reward itu tidak untuk kerajaanNya.
Memang sangat susah dipahami.
Lagi-lagi saya harus jujur bahwa orang Indonesia ini sangat memperhatikan warna kulit dan bentuk mata. Sekali anda berkulit kuning dan bermata sipit dan tampangnya 'cukong' banget, pastilah benih kecemburuan itu mulai bersemi. Ketika anda tidak membaur dengan tulus, kecemburuan itu makin berkobar. Ketika anda berbicara seenaknya, kecemburuan itu semakin memuncak.
Hal yang TIDAK ADIL adalah, ketika anda baik hati, mereka yang berkulit sawo matang itu memanfaatkan anda. Ketika anda berbaur, mereka menganggap anda cari kesempatan untuk ambil untung dari mereka. Ketika anda berbicara dengan halus, mereka membalasnya dengan bahasa dungu.
Hal yang PERLU DIPAHAMI adalah, mereka-meraka itu dari kalangan bawah yang sangat-sangat kurang segalanya. Kurang disini adalah kurang kaya, kurang berpendidikan, kurang fasilitas, kurang tata krama dan kurang ajar! Sangat jelas darimana kecemburuan mereka. Mereka tidak mau tahu bagaimana anda bekerja siang dan malam untukmewujudkan impian anda. Yang mereka tahu, gaya anda SAAT ITU menyebalkan. Kecemburuan tidak mau tahu tentang latar belakang. Camkanlah itu!
salam,
PS: Bagian selanjutnya akan membahas bagaimana kita hendak mewujudkan Indonesia baru Sangat susah!