
GABRIEL NARENDRA GUNAWAN
Wah, senangnya punya anak! Jelas-jelas perasaan sangat berbeda dengan masa-masa awal menikah. Ketika anak sudah ada di depan mata, memang hidup terasa lebih indah.
Anak pertama kami, kami beri nama Gabriel Narendra Gunawan. Harapannya adalah dia akan menjadi utusan Tuhan yang berguna bagi sesamanya. Lahir pada tanggal 12 November 2007 pukul 2.24 WIB dengan berat 2,86 kg dan tinggi 46cm.
Ada satu hal mengesankan ketika ia lahir. Karena Melia menjalani operasi caesar, maka saya tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang operasi. Ketika sedang mondar-mandir menunggu, seorang suster keluar dari ruang operasi dan membawa seorang bayi.
“Bapak, ini bayinya!” kata suster itu.
Karena berpikir bahwa Melia bukanlah satu-satunya pasien yang mengalami operasi caesar – karena ruang operasi ada beberapa – maka saya sedikit kaget.
“Lho, kok suster tahu ini anak saya?” dengan bodoh pertanyaan itu meluncur begitu saja.
“Ya tahu lah! Bapak yang mengantarkan istri sampai depan ruang operasi dan saya yang menerima kok!” sahutnya.
“Tidak ada yang caesar malam ini selain istri saya?”
“Tidak. Mari ikut saya” sang suster mengajak saya untuk pergi ke ruang perawatan bayi.
Dalam perjalanan ke ruang perawata bayi, saya bertanya-tanya dalam hati, “ Ya Tuhan, bener nih saya jadi bapak?”
“Kok bisa ya?”
Bahagia dan kebingungan campur aduk.
Namun ketika melihat Gabriel dibersihkan, saya menjadi lebih mantap. Saya bisikkan doa “Bapa Kami” ke telinganya.
Dan, resmilah saya menjadi seorang bapak.
Sementara itu Melia masih berada di ruang operasi hingga pukul 21.30 dan sampai di kamar pukul 22.30. Perjuangan berat bagi dia.
Malam itu adalah malam pertama kami menjadi orang tua.
Wah, senangnya punya anak! Jelas-jelas perasaan sangat berbeda dengan masa-masa awal menikah. Ketika anak sudah ada di depan mata, memang hidup terasa lebih indah.
Anak pertama kami, kami beri nama Gabriel Narendra Gunawan. Harapannya adalah dia akan menjadi utusan Tuhan yang berguna bagi sesamanya. Lahir pada tanggal 12 November 2007 pukul 2.24 WIB dengan berat 2,86 kg dan tinggi 46cm.
Ada satu hal mengesankan ketika ia lahir. Karena Melia menjalani operasi caesar, maka saya tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang operasi. Ketika sedang mondar-mandir menunggu, seorang suster keluar dari ruang operasi dan membawa seorang bayi.
“Bapak, ini bayinya!” kata suster itu.
Karena berpikir bahwa Melia bukanlah satu-satunya pasien yang mengalami operasi caesar – karena ruang operasi ada beberapa – maka saya sedikit kaget.
“Lho, kok suster tahu ini anak saya?” dengan bodoh pertanyaan itu meluncur begitu saja.
“Ya tahu lah! Bapak yang mengantarkan istri sampai depan ruang operasi dan saya yang menerima kok!” sahutnya.
“Tidak ada yang caesar malam ini selain istri saya?”
“Tidak. Mari ikut saya” sang suster mengajak saya untuk pergi ke ruang perawatan bayi.
Dalam perjalanan ke ruang perawata bayi, saya bertanya-tanya dalam hati, “ Ya Tuhan, bener nih saya jadi bapak?”
“Kok bisa ya?”
Bahagia dan kebingungan campur aduk.
Namun ketika melihat Gabriel dibersihkan, saya menjadi lebih mantap. Saya bisikkan doa “Bapa Kami” ke telinganya.
Dan, resmilah saya menjadi seorang bapak.
Sementara itu Melia masih berada di ruang operasi hingga pukul 21.30 dan sampai di kamar pukul 22.30. Perjuangan berat bagi dia.
Malam itu adalah malam pertama kami menjadi orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar