
Tentu kita sudah banyak mendengar, membaca dan melihat bagaimana khalayak ramai menanggapi sepak terjang mantan presiden Suharto paska wafatnya. Ada beberapa kelompok masyarakat yang terus mendorong terjadinya pengadilan terhadap mereka yang mempunyai sngkut paut dengan sang mantan presiden. Ada juga yang terus mencoba menelanjangi kebenaran tentang siapa Suharto. Di sisi lain, ada juga yang membela nama dan orang-orang disekelilingnya dengan gigih.
Pertanyaan mendasar dari diri saya adalah: apakah perlu kita mengejar kasus-kasus Pak Harto itu sampai sekarang? Tentu saja pertanyaan itu diikuti dengan kenyataan yang ada pada pemerintah Indonesia.
Tidak bisa kita pungkiri, Pak Harto telah melakukan kewajiban dia sebagai presiden dengan baik. Apabila kita beri raport, maka nilainya Bplus. Namun begitu memang dalam beberapa hal, beliau ini sedikit ambigu. Namun jangan heran, begitulah sifat dasar orang Jawa. Sifat dasar yang terkadang tidak jelas memihak kepada siapa dan lebih cenderung menunggu. Apabila menyerang, pasti dilakukan dengan diam-diam dan penuh kehati-hatian. Dendam itu tidak perlu ditampakkan, ketika waktunya tiba, pasti semuanya beres.
Sebagai orang Jawa, Pak Harto juga menyadari bahwa untuk mendekati orang banyak,maka kita harus menunjukkan kerendahan hati. Makanya begitu banyak rakyat kecil yang tersentuh oleh tutur kata dan sikap kebapakan beliau.
Dalam pemerintahan, Pak Harto tidak lupa menanamkan sikap kebapakan dengan menawarkan banyak budi baik. Siapa sih yang tidak merasa berhutang budi pada beliau? Bahkan kalau mau jujur, banyak lawan politik beliau yang merasa ada sedikit kemanusiawian yang ada pada dirinya. Ya, benar beliau banyak menangkap lawan politiknya secara diam-diam, tapi semuanya diperlakukan dengan baik. Bahkan mereka yang terlibat G30S/PKI pun (para petingginya) beberapa dibiarkan hidup. Apabila dia mau, sudah habislah mereka seperti Untung dan Aidit.
Bagi saya, Pak Harto sudah berlalu. Yang ada di depan kita sekarang adalah anak-cucunya dan para kroni-kroninya yang banyak bercokol dipemerintahan. Sedemikian juga yang terjadi dengan para presiden sebelumnya. Masih banyak orang dipemerintahan yang loyal terhadap Bung Karno, Habibie, Gus Dur dan Megawati. Tentu saja Susilo Bambang Yudhoyono juga memiliki orang-orang yang setia. Biarlah Suharto lewat dengan tenang. Hanya saja, hukum Indonesia harus tetap ditegakkan untuk selalu waspada dengan kemungkinan pengelompokkan ala orde baru dimana Golongan Karya selalu jadi nomor satu dan tentara menjadi tameng baginya.
Lebih mudah bagi kita untuk menata segala sesuatu dari sekarang daripada kita mengutak-atik masalah yang telah berlalu. Hanya saja jangan dilupakan sejarah terjadinya orde baru dan segala sepak terjangnya. Ini benar-benar langkah yang tidak mudah! Berpikirlah arif tentang masalah ini. Kasus keluarga Suharto dan kroninya dapat dipermainkan oleh pengadilan selama orang-orangnya (dan orang-orang yang mau disuap ada) masih berkeliaran. Penggantian orang-orang semacam itu sudah selayaknya dilakukan. Pada jaman Soekarno lengser, semuanya dapat diganti, mengapa sekarang tidak?
Biarlah Suharto lewat dengan tenang. Mata, pikiran dan hati kitalah yangb harus terus terjaga akan datangnya trend orde baru. Jangan lengah dan jangan lupa bersikap arif!
Salam!
Pertanyaan mendasar dari diri saya adalah: apakah perlu kita mengejar kasus-kasus Pak Harto itu sampai sekarang? Tentu saja pertanyaan itu diikuti dengan kenyataan yang ada pada pemerintah Indonesia.
Tidak bisa kita pungkiri, Pak Harto telah melakukan kewajiban dia sebagai presiden dengan baik. Apabila kita beri raport, maka nilainya Bplus. Namun begitu memang dalam beberapa hal, beliau ini sedikit ambigu. Namun jangan heran, begitulah sifat dasar orang Jawa. Sifat dasar yang terkadang tidak jelas memihak kepada siapa dan lebih cenderung menunggu. Apabila menyerang, pasti dilakukan dengan diam-diam dan penuh kehati-hatian. Dendam itu tidak perlu ditampakkan, ketika waktunya tiba, pasti semuanya beres.
Sebagai orang Jawa, Pak Harto juga menyadari bahwa untuk mendekati orang banyak,maka kita harus menunjukkan kerendahan hati. Makanya begitu banyak rakyat kecil yang tersentuh oleh tutur kata dan sikap kebapakan beliau.
Dalam pemerintahan, Pak Harto tidak lupa menanamkan sikap kebapakan dengan menawarkan banyak budi baik. Siapa sih yang tidak merasa berhutang budi pada beliau? Bahkan kalau mau jujur, banyak lawan politik beliau yang merasa ada sedikit kemanusiawian yang ada pada dirinya. Ya, benar beliau banyak menangkap lawan politiknya secara diam-diam, tapi semuanya diperlakukan dengan baik. Bahkan mereka yang terlibat G30S/PKI pun (para petingginya) beberapa dibiarkan hidup. Apabila dia mau, sudah habislah mereka seperti Untung dan Aidit.
Bagi saya, Pak Harto sudah berlalu. Yang ada di depan kita sekarang adalah anak-cucunya dan para kroni-kroninya yang banyak bercokol dipemerintahan. Sedemikian juga yang terjadi dengan para presiden sebelumnya. Masih banyak orang dipemerintahan yang loyal terhadap Bung Karno, Habibie, Gus Dur dan Megawati. Tentu saja Susilo Bambang Yudhoyono juga memiliki orang-orang yang setia. Biarlah Suharto lewat dengan tenang. Hanya saja, hukum Indonesia harus tetap ditegakkan untuk selalu waspada dengan kemungkinan pengelompokkan ala orde baru dimana Golongan Karya selalu jadi nomor satu dan tentara menjadi tameng baginya.
Lebih mudah bagi kita untuk menata segala sesuatu dari sekarang daripada kita mengutak-atik masalah yang telah berlalu. Hanya saja jangan dilupakan sejarah terjadinya orde baru dan segala sepak terjangnya. Ini benar-benar langkah yang tidak mudah! Berpikirlah arif tentang masalah ini. Kasus keluarga Suharto dan kroninya dapat dipermainkan oleh pengadilan selama orang-orangnya (dan orang-orang yang mau disuap ada) masih berkeliaran. Penggantian orang-orang semacam itu sudah selayaknya dilakukan. Pada jaman Soekarno lengser, semuanya dapat diganti, mengapa sekarang tidak?
Biarlah Suharto lewat dengan tenang. Mata, pikiran dan hati kitalah yangb harus terus terjaga akan datangnya trend orde baru. Jangan lengah dan jangan lupa bersikap arif!
Salam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar