Rabu, 15 Oktober 2008
Senin, 08 September 2008
SOME PARENTS RAISE MONSTERS - AN OVERVIEW
Do you know what happened lately with the have community in Indonesia in connection with the world of education?
To tell you the truth, they raise monsters within their families. Children with no rules are enrolling within international schools and international standard schools. Parents are too busy to see this phenomenon. Teachers are in difficult and weak position. Since there are no rules at home but target and target. Parents want their children to be able to show how good they are in maths and English and other VIP lessons. Parents also want the schools - in this case the teachers - to equip their children with life skills but without any support from them at all. Teachers are not more than maids.
Some schools with business orientation as its leading theme would press the teachers to satisfy parents' needs. It is beyond the spirit of education. Schools should be the agent of change in educating those who want to be educated. The reality is the other way around these days. The fools are trying to drive the schools because unfortunately the fools have money and are on the top of the society economic level. This country has to do something. There are million of invisible hands trying to catch the gold fish.
There is no mistake in making schools with new paradigm. Not at all. However, schools with parents as the co-drivers can be such a terrible situation for the students emotional growth. The mentality of " I can buy everything because I can" is coming unconsciously to parents mind and become the trend of the century. Parents read a lot of educational books and think that they are experts by reading. Whilst the teachers who are really the practitioners are put aside because they are considered as maids level. The children as they are also students see this phenomenon right before their eyes and record this as "a chance" to take the teacher for granted. After all, my parents pay them. It is horrible moment to realize.
Positively, there would be revolution coming in the near future. The revolution would be from teachers. Surely, it would not be a physical such as a strike to the whole world. I believe that it would be a silent revolution where the teachers leave their tables, laptops, and stay at home
However, there are parents who really put themselves on teachers and education values side. Those parents who really appreciate teachers will do the physical ones. They would take action as the contra on the monsters producers and the monsters as well. Now, this is what I call horrible! There will be demonstrations against demonstrations. There will be number of students fighting each other. It is the time of justice.
Many families where those monsters are created choose religious schools as their bases. They are trained to use the gospels and many other religion beliefs. They are going to attack really hard. I think this is the most difficult area where the teachers in this field are coped with some "twisted" words of God. However, the evil will be gone. Amen!
Let's wait and see...
080908
To tell you the truth, they raise monsters within their families. Children with no rules are enrolling within international schools and international standard schools. Parents are too busy to see this phenomenon. Teachers are in difficult and weak position. Since there are no rules at home but target and target. Parents want their children to be able to show how good they are in maths and English and other VIP lessons. Parents also want the schools - in this case the teachers - to equip their children with life skills but without any support from them at all. Teachers are not more than maids.
Some schools with business orientation as its leading theme would press the teachers to satisfy parents' needs. It is beyond the spirit of education. Schools should be the agent of change in educating those who want to be educated. The reality is the other way around these days. The fools are trying to drive the schools because unfortunately the fools have money and are on the top of the society economic level. This country has to do something. There are million of invisible hands trying to catch the gold fish.
There is no mistake in making schools with new paradigm. Not at all. However, schools with parents as the co-drivers can be such a terrible situation for the students emotional growth. The mentality of " I can buy everything because I can" is coming unconsciously to parents mind and become the trend of the century. Parents read a lot of educational books and think that they are experts by reading. Whilst the teachers who are really the practitioners are put aside because they are considered as maids level. The children as they are also students see this phenomenon right before their eyes and record this as "a chance" to take the teacher for granted. After all, my parents pay them. It is horrible moment to realize.
Positively, there would be revolution coming in the near future. The revolution would be from teachers. Surely, it would not be a physical such as a strike to the whole world. I believe that it would be a silent revolution where the teachers leave their tables, laptops, and stay at home
However, there are parents who really put themselves on teachers and education values side. Those parents who really appreciate teachers will do the physical ones. They would take action as the contra on the monsters producers and the monsters as well. Now, this is what I call horrible! There will be demonstrations against demonstrations. There will be number of students fighting each other. It is the time of justice.
Many families where those monsters are created choose religious schools as their bases. They are trained to use the gospels and many other religion beliefs. They are going to attack really hard. I think this is the most difficult area where the teachers in this field are coped with some "twisted" words of God. However, the evil will be gone. Amen!
Let's wait and see...
080908
Minggu, 24 Agustus 2008
BLOG PENDIDIKAN

Setelah sekian lama tidak menulis di blog yang ini, maka ini adalah tulisan pertama kali setelah absen selama kurang lebih 3 bulan.
Akhir-akhir ini memang blog ini jarang saya sentuh karena ada satu blog lainnya yang sedang saya rintis. Blog itu berkenaan dengan sebuah sekolah baru di bilangan BSD, dimana saya sekarang bekerja. Menjadi guru itu ternyata juga harus bisa membuat blog yang didesain untuk kepentingan pendidikan.
Selama pengerjaan blog yang baru, saya mendapatkan satu pelajaran berharga. Biasanya, blog ini akan menampung semua apa yang saya ingin curahkan tanpa ada sensor. Untuk blog yang baru dibawah bendera http://guruhugo.blogspot.com/, saya harus sangat memperhitungkan bagaimana tata letak, bahasa dan juga informasi yang hendak dimuat. Weleh..weleh...bukan pekerjaan yang mudah.
Apabila anda "nyasar" ke blog ini dan membaca tentang blog baru saya,silahkan mampir. Siapa tahu, blog baru saya dapat membuat anda-anda yang sudah mempunyai anak bisa memberi inspirasi bagaimana mendidik anak. Siapa tahu anda seorang guru juga, bisa menjadi suatu referensi juga, toh?
Semoga semua obrolan ini "nyangkut" ke tempat yang tepat.
salam,
Rabu, 04 Juni 2008
PERGI LAGI
Aku pergi lagi
kali ini seperti dulu, sendiri
dan pasti tiada yang aku bawa serta kecuali hati
yang selalu setia menemani dikala sunyi
teman, aku pergi
melanjutkan apa yang aku yakini
bukan uang namun kesempatan terkini
yang tiada setahun sekali menghampiri
teman, janganlah bimbang
walau kau disini terambang
karena pasti ada hari esok yang akan terpampang
dan pastilah kamu akan berjuang
demi masa depan
demi semua harapan
demi impian
demi dian
yang jangan sampai terabaikan
salam,
kali ini seperti dulu, sendiri
dan pasti tiada yang aku bawa serta kecuali hati
yang selalu setia menemani dikala sunyi
teman, aku pergi
melanjutkan apa yang aku yakini
bukan uang namun kesempatan terkini
yang tiada setahun sekali menghampiri
teman, janganlah bimbang
walau kau disini terambang
karena pasti ada hari esok yang akan terpampang
dan pastilah kamu akan berjuang
demi masa depan
demi semua harapan
demi impian
demi dian
yang jangan sampai terabaikan
salam,
Minggu, 18 Mei 2008
KALAU SAJA
Kalau saja dunia ini tidak bundar
pasti sudah habis dimakan sang kala,
dikiranya roti yang siap dilahap
karena sudah tersedia di dalamnya
sayuran dan daging lezat manusia
yang baginya seasin ikan teri
tentunya kalau dunia ini tidak bundar
dan bentuknya seperti sepotong roti,
planet lain akan mengalami hal yang sama
tentu saja kita tidak akan bertemu
melainkan hanya menjadi lumatan daging
atau menjadi slilit di gigi sang kala
dan kamu tidak akan menjadi kamu sekarang
dengan tubuh aduhai
melainkan hanya potongan-potongan daging
yang terkunyah-kunyah didalam perut buncit sang kala
dan menjadi teman akrab cacing-cacing perut.
Kalau saja dunia ini adalah sebentuk potongan roti tawar,
tentu saja tiada kapal berani berlayar jauh
dan dunia ini memang sempit
selebar daun kelor
dan sepanjang celana kolor
lalu cinta pada sesama tidaklah bermakna,
karena toh semuanya sudah jelas tidak menarik
dimana hidup hanyalah sangat singkat
sesingkat sebuah pelayaran ke ujung dunia
dimana mulut sang kala mungkin sudah menunggu
kalau saja itu semua terjadi
tiada cincin yang melingkar di jari manis kita,
hanya akan ada persetubuhan tanpa makna dan tanpa Tuhan
karena Tuhan toh tidak ada untuk membela kita dari sang kala
lalu kita hanya termenung seperti onggokan ikan teri
yang siap digoreng dan menebarkan bau harum
menggugah selera sang kala.
melihat dunia yang bundar
menyadarkanku bahwa hidup itu bukan hanya sepotong roti
dan akulah sang kala yang siap memakannya.
aku adalah sang pengembara
dimana dunia bundar ini tidak pernah habis aku kunjungi
dimana Tuhan tiada terkatakan
dan tiada bentuk ujung dunia
semua yang ada akan kembali
atau berubah bentuk oleh karena dunia ini
semua manusia bertekuk lutut oleh bundarnya dunia
dan semua cincin melambangkan dunia
semua cinta melambangkan dunia
karena dunia bukanlah sepotong roti
namun kalau saja dunia ini tidaklah bundar
engkau tidak akan tersenyum pada matahari
dan kita tidak akan bertemu
0508
pasti sudah habis dimakan sang kala,
dikiranya roti yang siap dilahap
karena sudah tersedia di dalamnya
sayuran dan daging lezat manusia
yang baginya seasin ikan teri
tentunya kalau dunia ini tidak bundar
dan bentuknya seperti sepotong roti,
planet lain akan mengalami hal yang sama
tentu saja kita tidak akan bertemu
melainkan hanya menjadi lumatan daging
atau menjadi slilit di gigi sang kala
dan kamu tidak akan menjadi kamu sekarang
dengan tubuh aduhai
melainkan hanya potongan-potongan daging
yang terkunyah-kunyah didalam perut buncit sang kala
dan menjadi teman akrab cacing-cacing perut.
Kalau saja dunia ini adalah sebentuk potongan roti tawar,
tentu saja tiada kapal berani berlayar jauh
dan dunia ini memang sempit
selebar daun kelor
dan sepanjang celana kolor
lalu cinta pada sesama tidaklah bermakna,
karena toh semuanya sudah jelas tidak menarik
dimana hidup hanyalah sangat singkat
sesingkat sebuah pelayaran ke ujung dunia
dimana mulut sang kala mungkin sudah menunggu
kalau saja itu semua terjadi
tiada cincin yang melingkar di jari manis kita,
hanya akan ada persetubuhan tanpa makna dan tanpa Tuhan
karena Tuhan toh tidak ada untuk membela kita dari sang kala
lalu kita hanya termenung seperti onggokan ikan teri
yang siap digoreng dan menebarkan bau harum
menggugah selera sang kala.
melihat dunia yang bundar
menyadarkanku bahwa hidup itu bukan hanya sepotong roti
dan akulah sang kala yang siap memakannya.
aku adalah sang pengembara
dimana dunia bundar ini tidak pernah habis aku kunjungi
dimana Tuhan tiada terkatakan
dan tiada bentuk ujung dunia
semua yang ada akan kembali
atau berubah bentuk oleh karena dunia ini
semua manusia bertekuk lutut oleh bundarnya dunia
dan semua cincin melambangkan dunia
semua cinta melambangkan dunia
karena dunia bukanlah sepotong roti
namun kalau saja dunia ini tidaklah bundar
engkau tidak akan tersenyum pada matahari
dan kita tidak akan bertemu
0508
Rabu, 14 Mei 2008
COUNTING THE DAYS..
I am counting the days..
time to fly away
to the new horizon...
to fight the brand new days
to where I might belong...
time to fly away
to the new horizon...
to fight the brand new days
to where I might belong...
Selasa, 13 Mei 2008
I AM ON MY WAY
I am on my way
and noone is around
as I am walking through the door
they will be left and seen like thousand dots
never say sorry for this moment
because the one I call "sir"
will stay within the heart
and the rest will be thrown to the flame
no place will be for them
no time will be for them
as the future is only mine
I am on my way
and only me
and noone is around
as I am walking through the door
they will be left and seen like thousand dots
never say sorry for this moment
because the one I call "sir"
will stay within the heart
and the rest will be thrown to the flame
no place will be for them
no time will be for them
as the future is only mine
I am on my way
and only me
PEREMPUAN DI PERSIMPANGAN
Perempuan di persimpangan
hanya bisa terdiam
karena bingung melangkah
dan tidak mengerti arah
lalu termangu
dan tak bergerak
semoga itu bukan kamu
Perempuan di persimpangan
terkadang penuh gelak tawa
jelas ini perempuan yang lain dari yang tadi
dan jelas ia tidak bingung melangkah
dan pasti tahu arah
hanya saja, yang ini ingin dunia tahu
bahwa dia ratu persimpangan
dan ia akan mengambil yang terbaik disana
semoga itu bukan dia
Perempuan di persimpangan
terbebani oleh suami dan anak
terbebani oleh umur semakin menua
terseok-seok untuk kecantikan
terjerembab sekian kali demi pujian
dan semoga ini bukan kamu
Perempuan di persimpangan,
begitu banyak yang hendak dikatakan
walau kadang tak berguna
karena hanya buang-buang waktuku
dengan cerita yang itu-itu saja
dan semoga itu bukan dia
Perempuan di persimpangan menunggu
hingga reda hujan malam ini
di persimpangan jalan itu
aku juga menanti
matinya lampu merkuri
pinggir jalan
ketika aku tak punya alasan lagi
selain pergi meninggalkan kamu dan dia
di persimpangan jalan
salam,
hanya bisa terdiam
karena bingung melangkah
dan tidak mengerti arah
lalu termangu
dan tak bergerak
semoga itu bukan kamu
Perempuan di persimpangan
terkadang penuh gelak tawa
jelas ini perempuan yang lain dari yang tadi
dan jelas ia tidak bingung melangkah
dan pasti tahu arah
hanya saja, yang ini ingin dunia tahu
bahwa dia ratu persimpangan
dan ia akan mengambil yang terbaik disana
semoga itu bukan dia
Perempuan di persimpangan
terbebani oleh suami dan anak
terbebani oleh umur semakin menua
terseok-seok untuk kecantikan
terjerembab sekian kali demi pujian
dan semoga ini bukan kamu
Perempuan di persimpangan,
begitu banyak yang hendak dikatakan
walau kadang tak berguna
karena hanya buang-buang waktuku
dengan cerita yang itu-itu saja
dan semoga itu bukan dia
Perempuan di persimpangan menunggu
hingga reda hujan malam ini
di persimpangan jalan itu
aku juga menanti
matinya lampu merkuri
pinggir jalan
ketika aku tak punya alasan lagi
selain pergi meninggalkan kamu dan dia
di persimpangan jalan
salam,
HEY GOBLOK!
"Hey goblok!"
mungkin itu adalah panggilan termanis yang layak kamu pakai
dan mungkin lebih baik kalau kamu pergi ke pak RT dan RW untuk memohon
penggantian akta kelahiranmu dan hidup dengan panggilan barumu
sekuku hitam belum usai kamu belajar
lagak lagumu seperti jenderal besar yang kenyang makan peluru
"Hey goblok!"
terdengar sangat merdu ditelingaku
walau kamu terlolong-lolong tanda tidak mengerti
cocok benar dengan panggilan itu
dan aku tertawa melihat ceracaumu dengan antek-antek tulalitmu
yang selalu berkumpul seperti hendak mengadakan hajatan
entah kapan hajatannya dimulai, tapi kalian selalu berkumpul
dan selalu disana, kamu menjadi dedengkotnya...
dengan tawamu yang lebar dan gigimu yang sebesar bola sepak...
"Hey goblok!"
bangun dong dari mimpimu
biar aku beri kamu tugas baru
supaya kamu sadar untuk apa kamu hidup dan berceracau
biar dunia tahu kalau kamu mau maju..
tapi dasar si goblok!
tetap saja tidak mau dengar.
Mungkin sudah mulai goblok juga telinganya...
"Hey goblok!"
aku tunggu kamu di ujung dunia!
mungkin itu adalah panggilan termanis yang layak kamu pakai
dan mungkin lebih baik kalau kamu pergi ke pak RT dan RW untuk memohon
penggantian akta kelahiranmu dan hidup dengan panggilan barumu
sekuku hitam belum usai kamu belajar
lagak lagumu seperti jenderal besar yang kenyang makan peluru
"Hey goblok!"
terdengar sangat merdu ditelingaku
walau kamu terlolong-lolong tanda tidak mengerti
cocok benar dengan panggilan itu
dan aku tertawa melihat ceracaumu dengan antek-antek tulalitmu
yang selalu berkumpul seperti hendak mengadakan hajatan
entah kapan hajatannya dimulai, tapi kalian selalu berkumpul
dan selalu disana, kamu menjadi dedengkotnya...
dengan tawamu yang lebar dan gigimu yang sebesar bola sepak...
"Hey goblok!"
bangun dong dari mimpimu
biar aku beri kamu tugas baru
supaya kamu sadar untuk apa kamu hidup dan berceracau
biar dunia tahu kalau kamu mau maju..
tapi dasar si goblok!
tetap saja tidak mau dengar.
Mungkin sudah mulai goblok juga telinganya...
"Hey goblok!"
aku tunggu kamu di ujung dunia!
MARI KITA PERGI!
Mari kita pergi
angkat kaki dari sini
dan jangan pernah kembali
tengoklah sesekali tanpa benci
Mari kita pergi
berbekal kekuatan hati
hingga hari tidak akan berduka
karena debu kita kibaskan juga
ayo jangan diam saja!
angkat pantatmu dari kursi itu
terlalu lama kursi itu menjadi tempat bermanja
hingga jiwamu kurus kering bagai batu
ayo kita pergi!
ayo kita pergi!
lihat matahari sudah tinggi dan tertawa
melihat dirimu tak juga beranjak
tiada semangat dalam kemudaan jiwa
dan pasti sesal itu akan merasuk lalu kau terinjak
Mari kita pergi!
angkat kaki dari sini
dan jangan pernah kembali
tengoklah sesekali tanpa benci
Mari kita pergi
berbekal kekuatan hati
hingga hari tidak akan berduka
karena debu kita kibaskan juga
ayo jangan diam saja!
angkat pantatmu dari kursi itu
terlalu lama kursi itu menjadi tempat bermanja
hingga jiwamu kurus kering bagai batu
ayo kita pergi!
ayo kita pergi!
lihat matahari sudah tinggi dan tertawa
melihat dirimu tak juga beranjak
tiada semangat dalam kemudaan jiwa
dan pasti sesal itu akan merasuk lalu kau terinjak
Mari kita pergi!
Senin, 12 Mei 2008
KESETIAAN
Kesetiaan adalah satu kata yang sangat dalam dan luas.
Begitu dalam dan luasnya, hingga kita bisa menyalahartikan suatu kesetiaan. Kesetiaan dapat begitu dominan dalam hidup kita dan menjadi satu kesetiaan buta yang sangat teramat manis namun penuh kegetiran.
Kesetiaan adalah satu kata yang mewakili sisi karakter manusiawi setiap orang. Begitu manusiawinya hingga beberapa orang memberi penghargaan pada kesetiaan dalam bentuk gemerincing uang. Pada keadaan semacam itu, bukanlah kesetiaan buta yang didapat, melainkan kesetiaan penuh tuntutan. Dimana ada gemerincing uang, disitulah kesetiaan tersedia. Kesetiaan menjadi bagian dari dalil-dalil perekonomian.
Namun sayangnya, kita terkadang terlanjur menempatkan diri kita pada kesetiaan yang buta atau kesetiaan pada gemerincing uang. Kesetiaan yang tulus dan penuh dengan pembicaraan hangat patilah tanpa terhalangi dogma-dogma setia yang diciptakan oleh manusia-manusia penuh tipu daya. Kesetiaan adalah saat dimana kita mengingatkan teman yang hendak melompat jauh dari satu kehidupan nyata ke impian penuh dusta.
Namun adakalanya kesetiaan itu penuh dengan kesakitan.
Kesetiaan itu terkadang bukanlah pilihan yang tepat.
Kesetiaan itu terkadang milik kita yang tidak pernah ada.
Kesetiaan itu terkadang tidak hadir seperti yang kita mau.
Seperti Kumbakarna yang begitu setia pada kakaknya Rahwana.
Kesetiaannya begitu manis namun terasa getir.
Begitulah kita yang setia.
salam,
Begitu dalam dan luasnya, hingga kita bisa menyalahartikan suatu kesetiaan. Kesetiaan dapat begitu dominan dalam hidup kita dan menjadi satu kesetiaan buta yang sangat teramat manis namun penuh kegetiran.
Kesetiaan adalah satu kata yang mewakili sisi karakter manusiawi setiap orang. Begitu manusiawinya hingga beberapa orang memberi penghargaan pada kesetiaan dalam bentuk gemerincing uang. Pada keadaan semacam itu, bukanlah kesetiaan buta yang didapat, melainkan kesetiaan penuh tuntutan. Dimana ada gemerincing uang, disitulah kesetiaan tersedia. Kesetiaan menjadi bagian dari dalil-dalil perekonomian.
Namun sayangnya, kita terkadang terlanjur menempatkan diri kita pada kesetiaan yang buta atau kesetiaan pada gemerincing uang. Kesetiaan yang tulus dan penuh dengan pembicaraan hangat patilah tanpa terhalangi dogma-dogma setia yang diciptakan oleh manusia-manusia penuh tipu daya. Kesetiaan adalah saat dimana kita mengingatkan teman yang hendak melompat jauh dari satu kehidupan nyata ke impian penuh dusta.
Namun adakalanya kesetiaan itu penuh dengan kesakitan.
Kesetiaan itu terkadang bukanlah pilihan yang tepat.
Kesetiaan itu terkadang milik kita yang tidak pernah ada.
Kesetiaan itu terkadang tidak hadir seperti yang kita mau.
Seperti Kumbakarna yang begitu setia pada kakaknya Rahwana.
Kesetiaannya begitu manis namun terasa getir.
Begitulah kita yang setia.
salam,
Minggu, 13 April 2008
GADO-GADO INDONESIA DALAM RAMALAN (2)
Setelah melihat bagaimana carut marutnya ekonomi Indonesia karena segelintir orang yang bermain dalam perekonomian kita, sekarang tiba saatnya untuk melihat sisi pembauran masyarakat 'gado-gado' Indonesia.
Semua orang pasti mengerti susunan kelompok masyarakat dalam Indonesia. Susunan paling bawah dan paling menguasai adalah masyarakat miskin dan kurang berpendidikan. Maaf apabila kasar. Susunan selanjutnya adalah masyarakat menengah lapis bawah. Untuk dipahami, masyarakat menengah dibagi menjadi dua lapis. Pada lapis bawah, kebanyakan mereka adalah berpendidikan dibawah S1 dan minimal SMA dengan daya beli cukup baik. Lapis kedua adalah kalangan menegah lapis atas. Disini bercokol para profesional yang dalam hal keuangan cukup aman karena pekerjaan mereka cukup menghasilkan rupiah yang masih tersisa untuk investasi lainnya. Kebanyakan orang pada lapis atas kelas menengah ini adalah para manager, dokter, guru level-level tertentu dan pengusaha dalam lingkup kota.
Pada masyarakat selanjutnya adalah masyarakat papan atas. Tentu saja kita sudah bisa membayangkan sedikit seperti apa orang-orang di kalangan tersebut. Para pejabat dengan fasilitas jabatan yang lengkap, wakil rakyat, pengusaha kelas kakap dan juga termasuk didalamnya adalah koruptor kelas wahid.
Budaya mengekor gaya hidup televisi kiranya cukup mewakili keretakkan-keretakkan dalam masyarakat 'gado-gado' Indonesia. Di banyak jalan di Jakarta, para kelas menengah lapis atas sering cukup pro-aktif mempertontonkan gaya hidup hedonisme tersebut. Mobil completely built up dengan dandanan necis dan harum mewakili keinginan mereka untuk diterima di percaturan masyarakat papan atas. Sementara dari gaya bicara, mereka ingin terus memimpin masyarakat kelas dibawahnya. Masyarakat papan atas juga tidak mau ketinggalan. penampilan mereka di majalah fashion dari peragaan busana sampai peristiwa launching suatu produk, bahkan suasana keagamaan yang menonjolkan ke-elegan-nan gaya hidup mereka diumbar dengan enteng. Ketika berada di jalan-jalan ibu kota, jelaslah tempat mereka yang khusus. Hotel mewah, club house yang sekali tenggak minuman beralkohol bisa satu juta rupiah, butik perancang mode ternama, pusat perbelanjaan internasional, salon khusu member dan masih banyak lagi tempat 'hang out' yang wah yang tidak bisa disebutkan satu per satu di sini. Saya khawatir anda semua iri.
Gaya hidup tersebut coba diikuti juga oleh mereka yang sangat teramat miskin. Tentu saja jadinya terlihat tolol dan mengada-ada.
Hanya saja ketika kebosanan, keirian menghampiri; maka mau tidakmau kriminalitas beranjak. Oleh karenanya jangan heran apabila di beberapa media massa diberitakan tentang perampokan dan pembunuhan demi mendapatkan harta.
Parahnya, mereka yang kaya ini sering mengidentikkan diri mereka sebagai orang yang baik dan berbudi. Berpikir bahwa banyak sekali sumbangan yang sudah mereka berikan melalui panti-panti asuhan dan saluran bantuan lainnya, mereka merasa aman. Merasa sudah banyak membantu aparat, mereka pikir sudah terperhatikan. Namun sayangnya dalam hukum alam 'ketika semuanya terlambat', halitu tidak bisa dijaminkan seratus persen.
Orang butuh makan dan juga haus akan gaya perilaku mereka yang sepertinya 'mencret' uang. Itu sangat alamiah.
Manusia dibekali sifat pencemburu.
Lingkup ruang keagamaan tidaklah cukup. Ketika kita mempraktekkan agama kita dalam lingkup "REAL ESTATE" kita, maka kita sangatlah kurang peka.
Real Estate menjauhkan fungsi kita sebagai manusia nyata dan sebagai bagian dari masyarakat 'gado-gado' yang penuh 'goda-goda'. Lingkup ruang dimana selalu ada pembantu dan sopir yang secara lahiriah dan batiniah menderita, tidak menolong kita untuk memiliki kekuatan doa. Semua doa dan pujian kita sudah mendapatkan 'reward' alngsung dari Tuhan. Reward itu tidak untuk kerajaanNya.
Memang sangat susah dipahami.
Lagi-lagi saya harus jujur bahwa orang Indonesia ini sangat memperhatikan warna kulit dan bentuk mata. Sekali anda berkulit kuning dan bermata sipit dan tampangnya 'cukong' banget, pastilah benih kecemburuan itu mulai bersemi. Ketika anda tidak membaur dengan tulus, kecemburuan itu makin berkobar. Ketika anda berbicara seenaknya, kecemburuan itu semakin memuncak.
Hal yang TIDAK ADIL adalah, ketika anda baik hati, mereka yang berkulit sawo matang itu memanfaatkan anda. Ketika anda berbaur, mereka menganggap anda cari kesempatan untuk ambil untung dari mereka. Ketika anda berbicara dengan halus, mereka membalasnya dengan bahasa dungu.
Hal yang PERLU DIPAHAMI adalah, mereka-meraka itu dari kalangan bawah yang sangat-sangat kurang segalanya. Kurang disini adalah kurang kaya, kurang berpendidikan, kurang fasilitas, kurang tata krama dan kurang ajar! Sangat jelas darimana kecemburuan mereka. Mereka tidak mau tahu bagaimana anda bekerja siang dan malam untukmewujudkan impian anda. Yang mereka tahu, gaya anda SAAT ITU menyebalkan. Kecemburuan tidak mau tahu tentang latar belakang. Camkanlah itu!
salam,
PS: Bagian selanjutnya akan membahas bagaimana kita hendak mewujudkan Indonesia baru Sangat susah!
Kamis, 10 April 2008
GADO-GADO INDONESIA DALAM RAMALAN (1)
Judulnya aneh? Tentu saja. Kalau tidak aneh, tidak asyik untuk dibaca.
Judul dengan kata "gado-gado" menunjukkan betapa aneka macam jenis sayur yang ada di makanan bernama gado-gado sedikit banyak merefleksikan Indonesia.
Mengenai kata ramalan, mungkin disini saya mencoba menguji 'sense' ramal-meramal juga. Hohohoho...siapa tahu bisa menyaingi Ki Joko Bodo atau mama Lauren.
Melihat menu gado-gado, tentunya kita tergoda untuk mencampurnya lalu melahap dan merasakan kenikmatannya. Sama dengan ketika kita masuk dan larut dalam beraneka ragam manusia Indonesia dengan segala perbedaannya. Sangatlah nikmat ketika kita hendak bepergian, contohnya. Ketika keluar dari rumah dan memanggil seorang abang becak, terdengar aksen Jawa Tengah. Lalu ketika sampai di gang depan kompleks dan hendak naik angkot, terdengar teriakan kenek atau sopir angkot dengan logat Batak. Saat kita duduk di dalam angkot, seseorang di sebelah kita ternyata adalah orang Manado. Begitu turun dari angkot dan masuk ke sebuah mal misalnya, mata kita bisa saja tertumbuk pada seorang SPG yang melihat wajah dan logat bicaranya adalah orang Sunda. Betapa nikmatnya dan kayaknya perjalanan kita.
Namun yang namanya gado-gado bisa jadi tidak mengenakkan. Ketika yang membuat saus gado-gado itu menambahkan cabai yang lumayan banyak, timbulah rasa pedas yang mengharu biru. Air segera dicari untuk memadamkan kebakaran tanpa api tersebut. Hanya saja, orang bilang rasa pedas tidak membuat orang jera, melainkan ingin menambah terus-menerus dengan pengalaman pedas itu sampai akhirnya bisa terkapar di rumah sakit karena ususnya tercabik-cabik.
Demikian juga orang Indonesia. Saus gado-gado yang saya ibaratkan sebuah sulutan akan gesekan dalam masyarakat, tampaknya tidak pernah membuat kita jera. Siapapun paham bahwa saking heterogennya orang Indonesia, budaya 'semau gue' semakin dalam. Orang dengan seenaknya membangun perumahan elit dipagari tembok beton. Sementara itu, diluar tembok beton itu terlihat mereka yang berpakaian seadanya, kucel, bau dan tersingkir. Ketika himpitan ekonomi dan himpitan perasaan setelah sekian lama melihat mereka yang berduit dan bermobil berlalu-lalang tidak tertahankan, mereka akan merangsek pagar beton itu. Orang akan sibuk dengan keadaan gawat tersebut. Kerusuhan menjadi judul setiap headline surat kabar kelas kakap sampai kelas gurem. Orang akan merasa tercekam dalam situasi 'chaos'. Sementara mereka yang berduit dapat antri di bandara, mereka yang berduit pas-pasan - namun dengan gaya hidup elit - tersuruk-suruk di jalan-jalan ibu kota dengan banyak ancaman terhadap keselamatan jiwa anak dan istri.
Hal seperti itu sudah sering terjadi di indonesia. Tapi mana ada yang jera? Etnis yang paling banyak ditindas ketika terjadi kerusuhan tentu saja etnis Tioghoa. Hanya saja, jangan salah lihat. Di beberapa tempat banyak juga etnis Tionghoa yang survive dalam keadaan apapun karena mereka ini membaur dan menganggap diri sebagai bagian dari masyarakat kebanyakan. Mereka memarjinalkan dirinya. Menemukan mereka yang seperti itu sangatlah susah!
Tidak berapa lama lagi kejadian 1998 akan terjadi lagi. Mengapa demikian? Dalam carut marutnya ekonomi Indonesia, para elit ekonomi yang kebanyakan adalah etnis Tionghoa tidak pernah mau belajar. Mereka tahu bahwa mereka akan survive karena sudah membayar mahal para oknum aparat yang mereka bisa beli. Hanya saja apakah kesetiaan dapat diukur oleh uang? ketika banyak orang terdesak oleh keadaan, maka banyaklah bunglon-bunglon baru bermunculan. Lihat kembali tahun 1998. semoga di tahun 2012, Indonesia tidak akan mengulang kejadian tersebut - atau bahkan letupan itu terjadi dalam waktu dekat ini? Semoga tidak.
Pada seri berikutnya, saya akan menulis tentang bagaimana gesekan negeri Gado-gado ini dalam sudut pandang hubungan antar agama.
salam!
Judul dengan kata "gado-gado" menunjukkan betapa aneka macam jenis sayur yang ada di makanan bernama gado-gado sedikit banyak merefleksikan Indonesia.
Mengenai kata ramalan, mungkin disini saya mencoba menguji 'sense' ramal-meramal juga. Hohohoho...siapa tahu bisa menyaingi Ki Joko Bodo atau mama Lauren.
Melihat menu gado-gado, tentunya kita tergoda untuk mencampurnya lalu melahap dan merasakan kenikmatannya. Sama dengan ketika kita masuk dan larut dalam beraneka ragam manusia Indonesia dengan segala perbedaannya. Sangatlah nikmat ketika kita hendak bepergian, contohnya. Ketika keluar dari rumah dan memanggil seorang abang becak, terdengar aksen Jawa Tengah. Lalu ketika sampai di gang depan kompleks dan hendak naik angkot, terdengar teriakan kenek atau sopir angkot dengan logat Batak. Saat kita duduk di dalam angkot, seseorang di sebelah kita ternyata adalah orang Manado. Begitu turun dari angkot dan masuk ke sebuah mal misalnya, mata kita bisa saja tertumbuk pada seorang SPG yang melihat wajah dan logat bicaranya adalah orang Sunda. Betapa nikmatnya dan kayaknya perjalanan kita.
Namun yang namanya gado-gado bisa jadi tidak mengenakkan. Ketika yang membuat saus gado-gado itu menambahkan cabai yang lumayan banyak, timbulah rasa pedas yang mengharu biru. Air segera dicari untuk memadamkan kebakaran tanpa api tersebut. Hanya saja, orang bilang rasa pedas tidak membuat orang jera, melainkan ingin menambah terus-menerus dengan pengalaman pedas itu sampai akhirnya bisa terkapar di rumah sakit karena ususnya tercabik-cabik.
Demikian juga orang Indonesia. Saus gado-gado yang saya ibaratkan sebuah sulutan akan gesekan dalam masyarakat, tampaknya tidak pernah membuat kita jera. Siapapun paham bahwa saking heterogennya orang Indonesia, budaya 'semau gue' semakin dalam. Orang dengan seenaknya membangun perumahan elit dipagari tembok beton. Sementara itu, diluar tembok beton itu terlihat mereka yang berpakaian seadanya, kucel, bau dan tersingkir. Ketika himpitan ekonomi dan himpitan perasaan setelah sekian lama melihat mereka yang berduit dan bermobil berlalu-lalang tidak tertahankan, mereka akan merangsek pagar beton itu. Orang akan sibuk dengan keadaan gawat tersebut. Kerusuhan menjadi judul setiap headline surat kabar kelas kakap sampai kelas gurem. Orang akan merasa tercekam dalam situasi 'chaos'. Sementara mereka yang berduit dapat antri di bandara, mereka yang berduit pas-pasan - namun dengan gaya hidup elit - tersuruk-suruk di jalan-jalan ibu kota dengan banyak ancaman terhadap keselamatan jiwa anak dan istri.
Hal seperti itu sudah sering terjadi di indonesia. Tapi mana ada yang jera? Etnis yang paling banyak ditindas ketika terjadi kerusuhan tentu saja etnis Tioghoa. Hanya saja, jangan salah lihat. Di beberapa tempat banyak juga etnis Tionghoa yang survive dalam keadaan apapun karena mereka ini membaur dan menganggap diri sebagai bagian dari masyarakat kebanyakan. Mereka memarjinalkan dirinya. Menemukan mereka yang seperti itu sangatlah susah!
Tidak berapa lama lagi kejadian 1998 akan terjadi lagi. Mengapa demikian? Dalam carut marutnya ekonomi Indonesia, para elit ekonomi yang kebanyakan adalah etnis Tionghoa tidak pernah mau belajar. Mereka tahu bahwa mereka akan survive karena sudah membayar mahal para oknum aparat yang mereka bisa beli. Hanya saja apakah kesetiaan dapat diukur oleh uang? ketika banyak orang terdesak oleh keadaan, maka banyaklah bunglon-bunglon baru bermunculan. Lihat kembali tahun 1998. semoga di tahun 2012, Indonesia tidak akan mengulang kejadian tersebut - atau bahkan letupan itu terjadi dalam waktu dekat ini? Semoga tidak.
Pada seri berikutnya, saya akan menulis tentang bagaimana gesekan negeri Gado-gado ini dalam sudut pandang hubungan antar agama.
salam!
Rabu, 02 April 2008
MERASAKAN KEHIDUPAN ORANG LAIN DAN MENGHIDUPKAN PERASAAN ORANG LAIN
MERASAKAN KEHIDUPAN ORANG LAIN
DAN MENGHIDUPKAN PERASAAN ORANG LAIN
Dalam kehidupan kita, apa yang kita rasakan seringkali tidak terselami oleh orang lain. Diri kita ini adalah sebuah karya misteri Allah. Namun ada kalanya, kita mencoba membuat perkiraan-perkiraan tentang hidup, pikiran, motif perbuatan dan reaksi orang lain sesuai dengan temuan-temuan kita. Hanya saja, apakah perkiraan-perkiraan itu benar 100% atau hanya hasil akhir sajakah yang dapat kita gambarkan? Kita tidak pernah tahu.
Temuan-temuan yang kita anggap menjadi pendukung asumsi atau bahkan mungkin kesimpulan bisa jadi adalah suatu kebetulan. Beberapa tahun yang lalu, saya dapat dengan tenang duduk pada suatu warung makan yang di dalamnya beterbangan banyak lalat. Namun perasaan tenang itu sekarang berganti seiring semakin jarangnya saya mengalami hal tersebut. Para ahli mempunyai pendapat mereka masing-masing sesuai keahlian mereka. Hanya satu hal yang saya pikir benar, saya sudah tidak bersentuhan dengan kehidupan itu secara intens. Itu berarti saya masih bisa masuk pada kehidupan seperti itu apabila ada kesempatan dan intensitas seperti pada masa itu.
Hal di atas adalah untuk menggambarkan betapa saya mencoba untuk merasakan kehidupan dan perasaan orang lain. Ketika seorang teman kehilangan ayah atau ibunya, saya mencoba untuk memberikan penghiburan seolah-olah saya tahu benar kesedihan yang ia alami. Teman itu berkata bahwa saya tidak tahu apa yang ia rasakan. Bagi saya, dia benar. Saya tidak mungkin berkata bahwa saya paham apa yang dia rasakan. Terlebih saya belum pernah merasakan pengalaman ditinggalkan oleh kepergian orang tua.
Apa yang saya tunjukkan kepada teman saya adalah suatu ungkapan manusiawi seorang manusia. Orang boleh saja memetakan kemiskinan di sekitarnya, tetapi itu hanyalah pemetaan fisik semata. Orang boleh juga mengatakan bahwa suatu tempat memiliki sifat masyarakat ini dan itu, tetapi itu bukan berarti sifat itu dimiliki semua individu. Pemakluman umum mengaburkan pemakluman individu.
Seorang pejabat yang mencoba memahami kesengsaraan masyarakat dibawahnya pasti akan dapat memahami kepedihan hidup mereka. Hanya saja, pejabat itu tidak dapat merasakan dengan sebenar-benarnya karena tidak adanya intensitas terjun dalam hidup mereka. Seorang pengusaha yang mengantarkan anaknya ke sekolah, mungkin secara fisik ada di dalam mobil bersama dengan anaknya. Tapi apakah kita yakin ia memfokuskan dirinya untuk anaknya atau sebenarnya pikirannya melayang pada urusan di kantor? Bahkan ketika kita adalah sepasang suami-istri, apa yang dipikirkan istri atau suami kita tetap adalah misteri yang tak terselami. Hingga kalimat-kalimat meluncur dari mulut seseorang, proses keluarnya kalimat itu masih sebuah misteri.
Oleh karenanya, sangat aneh ketika kita mendengar seseorang berkata,“aku paham perasaanmu“. Apakah yang ia pahami? Yang ia pahami sebenarnya adalah tingkah laku saja. Perasaan tetaplah tidak terselami.
Salam,
Temuan-temuan yang kita anggap menjadi pendukung asumsi atau bahkan mungkin kesimpulan bisa jadi adalah suatu kebetulan. Beberapa tahun yang lalu, saya dapat dengan tenang duduk pada suatu warung makan yang di dalamnya beterbangan banyak lalat. Namun perasaan tenang itu sekarang berganti seiring semakin jarangnya saya mengalami hal tersebut. Para ahli mempunyai pendapat mereka masing-masing sesuai keahlian mereka. Hanya satu hal yang saya pikir benar, saya sudah tidak bersentuhan dengan kehidupan itu secara intens. Itu berarti saya masih bisa masuk pada kehidupan seperti itu apabila ada kesempatan dan intensitas seperti pada masa itu.
Hal di atas adalah untuk menggambarkan betapa saya mencoba untuk merasakan kehidupan dan perasaan orang lain. Ketika seorang teman kehilangan ayah atau ibunya, saya mencoba untuk memberikan penghiburan seolah-olah saya tahu benar kesedihan yang ia alami. Teman itu berkata bahwa saya tidak tahu apa yang ia rasakan. Bagi saya, dia benar. Saya tidak mungkin berkata bahwa saya paham apa yang dia rasakan. Terlebih saya belum pernah merasakan pengalaman ditinggalkan oleh kepergian orang tua.
Apa yang saya tunjukkan kepada teman saya adalah suatu ungkapan manusiawi seorang manusia. Orang boleh saja memetakan kemiskinan di sekitarnya, tetapi itu hanyalah pemetaan fisik semata. Orang boleh juga mengatakan bahwa suatu tempat memiliki sifat masyarakat ini dan itu, tetapi itu bukan berarti sifat itu dimiliki semua individu. Pemakluman umum mengaburkan pemakluman individu.
Seorang pejabat yang mencoba memahami kesengsaraan masyarakat dibawahnya pasti akan dapat memahami kepedihan hidup mereka. Hanya saja, pejabat itu tidak dapat merasakan dengan sebenar-benarnya karena tidak adanya intensitas terjun dalam hidup mereka. Seorang pengusaha yang mengantarkan anaknya ke sekolah, mungkin secara fisik ada di dalam mobil bersama dengan anaknya. Tapi apakah kita yakin ia memfokuskan dirinya untuk anaknya atau sebenarnya pikirannya melayang pada urusan di kantor? Bahkan ketika kita adalah sepasang suami-istri, apa yang dipikirkan istri atau suami kita tetap adalah misteri yang tak terselami. Hingga kalimat-kalimat meluncur dari mulut seseorang, proses keluarnya kalimat itu masih sebuah misteri.
Oleh karenanya, sangat aneh ketika kita mendengar seseorang berkata,“aku paham perasaanmu“. Apakah yang ia pahami? Yang ia pahami sebenarnya adalah tingkah laku saja. Perasaan tetaplah tidak terselami.
Salam,
Selasa, 25 Maret 2008
THE EMPTINESS
Here we go again,
without words but broken soul
and no limits within our timeless time
though the books you read tell million words,
the words still feel like unborn children
because they have never been born
then our smiles become very superficial
as the million tons of stones cover our restless spirit
our tounges get wet
because all the words are stucked and rumbling...
but still the air won't flow the sound
only the eyes
send the broken soul
into the emptiness
hugo2003
without words but broken soul
and no limits within our timeless time
though the books you read tell million words,
the words still feel like unborn children
because they have never been born
then our smiles become very superficial
as the million tons of stones cover our restless spirit
our tounges get wet
because all the words are stucked and rumbling...
but still the air won't flow the sound
only the eyes
send the broken soul
into the emptiness
hugo2003
Senin, 03 Maret 2008
SEPASANG SEPATUKU
Sepasang sepatuku
saksi bisu langkahku
sedetikpun tak pernah mengeluh
mau jalan rata atau jalan mulus,
mau jalan kering ataupun becek,
bahkan cium kotoran kucing kering juga rela
Sepasang sepatuku
saksi bisu hari-hariku
tumpuan harapan jari-jari kakiku
bahkan terkadang penghibur hatiku
sepasang sepatuku berselipkan besi
memberikan nuansa kelelakian
dan kepahitan sepasang sepatu
oleh bau kaus kaki yang terperangkap dalam pengapnya sepatu
seperti jiwa kita yang kadang kalut
diterjang badai hidup yang tak pernah berhenti bergolak
namun sepasang sepatuku tak peduli
terus melangkah menerjang jaman
hingga mereka tak mampu menyangga kaki-kakiku
dan berteriak kelelahan terjahit disana-sini
dan ketika saatnya tiba
sepasang sepatu itu teronggok
menantiku untuk mempunyai hati
seraya mengucapkan selamat tinggal.
Namun saat ini, sepasang sepatu itu tetap teronggok
membawa kenangan
yang terasakan dari bau yang tertinggal
jejak dari masa lalu
sepasang sepatuku
sekarang menepi dan menyepi
hanya ada sunyi
©hugo 032008
saksi bisu langkahku
sedetikpun tak pernah mengeluh
mau jalan rata atau jalan mulus,
mau jalan kering ataupun becek,
bahkan cium kotoran kucing kering juga rela
Sepasang sepatuku
saksi bisu hari-hariku
tumpuan harapan jari-jari kakiku
bahkan terkadang penghibur hatiku
sepasang sepatuku berselipkan besi
memberikan nuansa kelelakian
dan kepahitan sepasang sepatu
oleh bau kaus kaki yang terperangkap dalam pengapnya sepatu
seperti jiwa kita yang kadang kalut
diterjang badai hidup yang tak pernah berhenti bergolak
namun sepasang sepatuku tak peduli
terus melangkah menerjang jaman
hingga mereka tak mampu menyangga kaki-kakiku
dan berteriak kelelahan terjahit disana-sini
dan ketika saatnya tiba
sepasang sepatu itu teronggok
menantiku untuk mempunyai hati
seraya mengucapkan selamat tinggal.
Namun saat ini, sepasang sepatu itu tetap teronggok
membawa kenangan
yang terasakan dari bau yang tertinggal
jejak dari masa lalu
sepasang sepatuku
sekarang menepi dan menyepi
hanya ada sunyi
©hugo 032008
Minggu, 02 Maret 2008
IT'S TIME TO SAY GOODBYE
It's time to say goodbye
'cause I didn't see the other way
not even the way around
and believe me
I have nothing in mind to break my hope on you
eventhough I have in mind one or two,
they will never be my possesion
since this is goodbye
the word goodbye wasn't made only in a day
it was made after the long journey
the happiest journey that I always had
but you know that one day you have to stop
and take another road with you
and of course another car to go with
this is my stop and I'm telling you
that this is goodbye.
I'll be looking my back though this is goodbye
just to ensure myself that happines still remains
'cause I didn't see the other way
not even the way around
and believe me
I have nothing in mind to break my hope on you
eventhough I have in mind one or two,
they will never be my possesion
since this is goodbye
the word goodbye wasn't made only in a day
it was made after the long journey
the happiest journey that I always had
but you know that one day you have to stop
and take another road with you
and of course another car to go with
this is my stop and I'm telling you
that this is goodbye.
I'll be looking my back though this is goodbye
just to ensure myself that happines still remains
Rabu, 20 Februari 2008
OBROLAN SI PENCABUT NYAWA
Aku si pencabut nyawa melihat sebuah buku kehidupan dari kumpulan orangtua-orangtua berperut buncit, kaya, banyak akal, punya istri cantik yang haus uang, beberapa simpanan, dan menginginkan anak-anak yang semahal mutiara...
Aku telah selesai membaca semua bagian buku itu dan mulai bertanya-tanya...
Sebagai orangtua, apa yang kamu inginkan dari anak-anakmu?
Tentu saja dengan seenak jidatmu, kamu akan mengatakan: anakku harus pintar, baik, menurut, ganteng atau cantik dan berkecukupan.
Enak banget kamu kalau bicara,ya!
Ketika kamu menjadi orangtua dan seiring dengan pergerakkan umurmu, kekayaanmu semakin bertambah; maka keinginan seenak jidatmu itu makin menggelora.
Bisnismu makin hebat dan makin jagolah intuisimu.
Semakin hebat kamu, semakin bergaya lagak lagumu.
Selayaknya aku bunuh kamu selagi sempat.
Namun aku kasihan melihat anak-anakmu yang bertingkah laku selayaknya panah tak tentu arah. Itu karena kamu adalah busur yang mahal dan hebat ditangan pemanah kelas kambing.
Semakin aku memandang kesuksesanmu, semakin aku ingin mencabut nyawamu.
Saat paling tepat adalah ketika kamu selesai buang air besar di toilet mall.
Pastilah kamu akan mati dengan tenang menggelepar sembari mencium kotoranmu.
Kematian yang sangat menyentuh jiwa seorang businessman kelas kambing!
Saat kamu menjemput anakmu dari sekolahnya yang mahal,lagakmu seperti pemilik dunia ini. Satpam di depan hidungmu bagai bebek yang dapat kau usir setiap saat.
Dan lihatlah! anakmu berlari menuju mobilmu.
Anakmu bertampang idiot seperti ayahnya yang berperut buncit karena kekenyangan makan makanan restoran mahal dan melahap perempuan malam kelas hotel bintang lima yang kamu paksa bercinta denganmu sembari sedikit menunjukkan wajah kaget melihat dirimu yang tidak bersunat! Cuih!
Istrimu kamu dapat dari seleksi calon karyawan. Kamu biarkan istrimu kerja dikantormu sekian lama hanya untuk mengamati pantatnya berlenggak-lenggok di depanmu. Dasar otak ngeres!
Setelah itu kamu nikahi dia untuk kamu tinggalkan demi meeting bisnismu. Yang kamu mau tahu adalah begitu sampai di rumah, istrimu tetap terlihat sexy seperti ketika kalian baru saja menikah. Dasar buaya! Itu saja kamu masih tidak puas. Masih saja kamu pelihara simpanan di pinggir kota; bolehlah di depok atau di tangerang. Disana rumah masih murah, dan masih ada mall yang lumayan oke. Jijik!
Anakmu tidak seperti yang kamu idamkan. Anakmu kamu jemput seenak jidatmu tanpa mau tahu aturan sekolah yang coba menjaga keselamatan. Kamu toh seorang boss yang tidak mau diatur kecuali ketika aku datang hendak mencabut nyawamu...
Dimatamu, guru-guru anakmu tak lebih dari pedagang yang berhitung untung dari nilai-nilai yang mereka keluarkan. Nilai bagus haruslah dibayar dengan bingkisan mahal. Kalau perlu segepok uang kau masukkan dalam amplop. Boleh amplop putih untuk melayat, amplop merah untuk kebahagiaan atau amplop coklat untuk suap; semuanya sama saja, yang penting isinya.
Matamu menelanjangi setiap guru perempuan untuk memperkirakan harga baju dalam yang mereka pakai. Dasar otakmu penuh dengan lumpur neraka!
Sekarang aku mulai mencari-cari nama mereka dalam buku tagihan nyawa yang aku dapatkan dari Malaikat Pengurus Pengangkutan Nyawa (MPPN). Sayang sekali ari banyak nama yang aku cari, hanya dua nama yang ada. Selidik punya selidik, banyak dari kamu yang mencoba menyuap TUHAN melalui para abdiNYA. Dasar businessman!
Aku harus menunggu untuk panenanku kelak. Untuk sekarang, dua orang yang akan aku hampiri sudah cukuplah. Lihat! mereka menggigil ketakutan.
Hah! menjijikkan dan memalukan! segede dan setua ini belum sunat!
salam dari aku si pencabut nyawa!
Rabu, 30 Januari 2008
MELIHAT DENGAN ARIF

Tentu kita sudah banyak mendengar, membaca dan melihat bagaimana khalayak ramai menanggapi sepak terjang mantan presiden Suharto paska wafatnya. Ada beberapa kelompok masyarakat yang terus mendorong terjadinya pengadilan terhadap mereka yang mempunyai sngkut paut dengan sang mantan presiden. Ada juga yang terus mencoba menelanjangi kebenaran tentang siapa Suharto. Di sisi lain, ada juga yang membela nama dan orang-orang disekelilingnya dengan gigih.
Pertanyaan mendasar dari diri saya adalah: apakah perlu kita mengejar kasus-kasus Pak Harto itu sampai sekarang? Tentu saja pertanyaan itu diikuti dengan kenyataan yang ada pada pemerintah Indonesia.
Tidak bisa kita pungkiri, Pak Harto telah melakukan kewajiban dia sebagai presiden dengan baik. Apabila kita beri raport, maka nilainya Bplus. Namun begitu memang dalam beberapa hal, beliau ini sedikit ambigu. Namun jangan heran, begitulah sifat dasar orang Jawa. Sifat dasar yang terkadang tidak jelas memihak kepada siapa dan lebih cenderung menunggu. Apabila menyerang, pasti dilakukan dengan diam-diam dan penuh kehati-hatian. Dendam itu tidak perlu ditampakkan, ketika waktunya tiba, pasti semuanya beres.
Sebagai orang Jawa, Pak Harto juga menyadari bahwa untuk mendekati orang banyak,maka kita harus menunjukkan kerendahan hati. Makanya begitu banyak rakyat kecil yang tersentuh oleh tutur kata dan sikap kebapakan beliau.
Dalam pemerintahan, Pak Harto tidak lupa menanamkan sikap kebapakan dengan menawarkan banyak budi baik. Siapa sih yang tidak merasa berhutang budi pada beliau? Bahkan kalau mau jujur, banyak lawan politik beliau yang merasa ada sedikit kemanusiawian yang ada pada dirinya. Ya, benar beliau banyak menangkap lawan politiknya secara diam-diam, tapi semuanya diperlakukan dengan baik. Bahkan mereka yang terlibat G30S/PKI pun (para petingginya) beberapa dibiarkan hidup. Apabila dia mau, sudah habislah mereka seperti Untung dan Aidit.
Bagi saya, Pak Harto sudah berlalu. Yang ada di depan kita sekarang adalah anak-cucunya dan para kroni-kroninya yang banyak bercokol dipemerintahan. Sedemikian juga yang terjadi dengan para presiden sebelumnya. Masih banyak orang dipemerintahan yang loyal terhadap Bung Karno, Habibie, Gus Dur dan Megawati. Tentu saja Susilo Bambang Yudhoyono juga memiliki orang-orang yang setia. Biarlah Suharto lewat dengan tenang. Hanya saja, hukum Indonesia harus tetap ditegakkan untuk selalu waspada dengan kemungkinan pengelompokkan ala orde baru dimana Golongan Karya selalu jadi nomor satu dan tentara menjadi tameng baginya.
Lebih mudah bagi kita untuk menata segala sesuatu dari sekarang daripada kita mengutak-atik masalah yang telah berlalu. Hanya saja jangan dilupakan sejarah terjadinya orde baru dan segala sepak terjangnya. Ini benar-benar langkah yang tidak mudah! Berpikirlah arif tentang masalah ini. Kasus keluarga Suharto dan kroninya dapat dipermainkan oleh pengadilan selama orang-orangnya (dan orang-orang yang mau disuap ada) masih berkeliaran. Penggantian orang-orang semacam itu sudah selayaknya dilakukan. Pada jaman Soekarno lengser, semuanya dapat diganti, mengapa sekarang tidak?
Biarlah Suharto lewat dengan tenang. Mata, pikiran dan hati kitalah yangb harus terus terjaga akan datangnya trend orde baru. Jangan lengah dan jangan lupa bersikap arif!
Salam!
Pertanyaan mendasar dari diri saya adalah: apakah perlu kita mengejar kasus-kasus Pak Harto itu sampai sekarang? Tentu saja pertanyaan itu diikuti dengan kenyataan yang ada pada pemerintah Indonesia.
Tidak bisa kita pungkiri, Pak Harto telah melakukan kewajiban dia sebagai presiden dengan baik. Apabila kita beri raport, maka nilainya Bplus. Namun begitu memang dalam beberapa hal, beliau ini sedikit ambigu. Namun jangan heran, begitulah sifat dasar orang Jawa. Sifat dasar yang terkadang tidak jelas memihak kepada siapa dan lebih cenderung menunggu. Apabila menyerang, pasti dilakukan dengan diam-diam dan penuh kehati-hatian. Dendam itu tidak perlu ditampakkan, ketika waktunya tiba, pasti semuanya beres.
Sebagai orang Jawa, Pak Harto juga menyadari bahwa untuk mendekati orang banyak,maka kita harus menunjukkan kerendahan hati. Makanya begitu banyak rakyat kecil yang tersentuh oleh tutur kata dan sikap kebapakan beliau.
Dalam pemerintahan, Pak Harto tidak lupa menanamkan sikap kebapakan dengan menawarkan banyak budi baik. Siapa sih yang tidak merasa berhutang budi pada beliau? Bahkan kalau mau jujur, banyak lawan politik beliau yang merasa ada sedikit kemanusiawian yang ada pada dirinya. Ya, benar beliau banyak menangkap lawan politiknya secara diam-diam, tapi semuanya diperlakukan dengan baik. Bahkan mereka yang terlibat G30S/PKI pun (para petingginya) beberapa dibiarkan hidup. Apabila dia mau, sudah habislah mereka seperti Untung dan Aidit.
Bagi saya, Pak Harto sudah berlalu. Yang ada di depan kita sekarang adalah anak-cucunya dan para kroni-kroninya yang banyak bercokol dipemerintahan. Sedemikian juga yang terjadi dengan para presiden sebelumnya. Masih banyak orang dipemerintahan yang loyal terhadap Bung Karno, Habibie, Gus Dur dan Megawati. Tentu saja Susilo Bambang Yudhoyono juga memiliki orang-orang yang setia. Biarlah Suharto lewat dengan tenang. Hanya saja, hukum Indonesia harus tetap ditegakkan untuk selalu waspada dengan kemungkinan pengelompokkan ala orde baru dimana Golongan Karya selalu jadi nomor satu dan tentara menjadi tameng baginya.
Lebih mudah bagi kita untuk menata segala sesuatu dari sekarang daripada kita mengutak-atik masalah yang telah berlalu. Hanya saja jangan dilupakan sejarah terjadinya orde baru dan segala sepak terjangnya. Ini benar-benar langkah yang tidak mudah! Berpikirlah arif tentang masalah ini. Kasus keluarga Suharto dan kroninya dapat dipermainkan oleh pengadilan selama orang-orangnya (dan orang-orang yang mau disuap ada) masih berkeliaran. Penggantian orang-orang semacam itu sudah selayaknya dilakukan. Pada jaman Soekarno lengser, semuanya dapat diganti, mengapa sekarang tidak?
Biarlah Suharto lewat dengan tenang. Mata, pikiran dan hati kitalah yangb harus terus terjaga akan datangnya trend orde baru. Jangan lengah dan jangan lupa bersikap arif!
Salam!
Rabu, 23 Januari 2008
TIME WILL TELL AND TIME WILL HEAL
TIME WILL TELL AND TIME WILL HEAL
Tentu banyak dari antara kita mengerti apa arti judul di atas walaupun tertulis dalam bahasa Inggris. Terjemahannya kurang lebih adalah “Waktu akan mengatakannya dan waktu (juga) akan menyembuhkan.”.
Bagi pasangan yang sedang mengalami kerenggangan hubungan, judul di atas sangatlah tepat untuk mengatakan siapa yang sebenarnya memulai kerenggangan itu. Namun begitu, bagi mereka yang mengalami musibah, judul di atas juga sangat tepat untuk menggambarkan perjuangan mereka bangkit dari titik nol. Tentu saja, sebagai manusia berakal budi kita dapat mengkaitkan judul di atas dengan berbagai pengalaman hidup.
Dalam perjalanan ke tempat kerja, terkadang saya membayangkan kendaraan yang bergerak sebagai sang waktu. Pepohonan, tiang listrik, pagar jalan dan semua benda yang diam adalah manusia yang dalam hitungan menit atau detik akan terlintasi oleh sang waktu. Otomatis para benda yang statis tersebut terlintasi dengan mudah, bahkan untuk jalan yang terlewati kita dapat mengatakan sang waktu menggilasnya. Tentu saja dalam dunia manusia nyata kita tidak ingin terlintasi oleh sang waktu tanpa suatu perbuatan atau karya. Lebih-lebih lagi apabila hanya tergilas oleh waktu tanpa sempat bertanya bahkan membuat aksi yang berarti. Kasihan sekali!
Beberapa kali saya terlibat dalam diskusi mempertanyakan sesuatu yang sedang terjadi di masyarakat. Pada akhir diskusi, pasti ada yang berkata dengan nada pasrah cenderung sinis, “kita lihat saja, waktu akan mengungkapkan semuanya”. Namun terkadang ketika waktu berhasil menghadirkan kenyataan dalam pandangan kita, beberapa orang teman telah terbuang dari peredaran waktu alias telah dipanggil oleh Sang Khalik. Rasa penasaran kita yang tidak terpuaskan akhirnya kita pasrahkan pada sang waktu.
Menunggu seorang teman mendapatkan jodoh terkadang membuat kita gemas. Sementara yang bersangkutan terlihat tenang-tenang saja. “Time will tell, apakah aku ini akan dapat jodoh tahun depan, bulan depan, minggu depan atau besok”. Terdengar enak dan ringan. Sementara ada teman yang dikhianati pasangannya dan terlihat menjalani hidup dengan pasrah terus mengatakan, “Time will heal the pain”. Kurang lebih artinya adalah waktu akan menyembuhkan rasa sakit itu. Lagi-lagi, sang waktu menjadi sandaran kita. Sementara saya makin gemas dengan sang waktu yang betul-betul berjalan tanpa peduli siapa kita. “Time flies” teman bule saya berkata seperti itu. Gila! Ternyata menurut kamus, terjemahannya adalah “waktu itu terbang”. Pasti cepat sekali sampai kita tidak menyadari banyak kesalahan yang telah kita buat dan belum sempat membuat hal yang berarti. Busyet!
Ketika kita menunggu untuk mendapatkan jodoh, pekerjaan baru, sampingan baru, bahkan gosip baru, tentu saja ada saja yang mengatakan “time will tell, yang beralah siapa atau time will tell pacar yang ini bakal jodohnya atau bukan” dan sebagainya. Lalu saat ada yang terpuruk karena kisah cinta yang bergelombang atau sakit hati karena tingkah bos yang seenaknya atau teman yang menyerobot ide, “time will heal the pain” suatu alternatif untuk mengatasi raa sakit hati dan ketidakberdayaan untuk mengadakan perhitungan. Menderita sekali!
Lebih parah lagi, banya lagu yang mengumandangkan kepasrahan kepada sang waktu atas nama ketidakberdayaan kita terhadap tantangan. Namun begitu bukan berarti apabila anda pasrah - bahwa sang waktu akan mengatakan kebenaran suatu hari nanti atau akan menyembuhkan luka batin dan menguburkannya dalam-dalam – berarti anda tidak bekerja. Justru anda bekerja dengan sang waktu sebagai kendaraan anda. Tentu saja kepasrahan itu adalah kepasrahan aktif. Jadi redaksinya sedikit diubah. Time will tell menjadi time will tell my deeds alias waktu akan mengatakan (kebenaran akan) tindakan-tindakanku. Kemudian juga Time will heal the pain menjadi time will heal their pain alias waktulah yang akan menyembuhkan luka mereka bukannya luka saya. Luka saya sudah sembuh sebelum luka mereka sembuh. Berarti apabila anda ditinggalkan oleh kekasih anda, dialah yang merasa sakit hati bukan anda. Parahnya, apabila anda yang meninggalkan kekasih. Alamak! Semoga bukanlah menjadi pembenaran untuk kesalahan kita semua.
Sekali lagi “Time will tell and time will heal the pain” dapat menjadi hal yang positif apabila kita juga ikut mengupayakannya. Jangan pernah menjadi pohon atau tiang listrik yang diam digilas oleh waktu.
Tentu banyak dari antara kita mengerti apa arti judul di atas walaupun tertulis dalam bahasa Inggris. Terjemahannya kurang lebih adalah “Waktu akan mengatakannya dan waktu (juga) akan menyembuhkan.”.
Bagi pasangan yang sedang mengalami kerenggangan hubungan, judul di atas sangatlah tepat untuk mengatakan siapa yang sebenarnya memulai kerenggangan itu. Namun begitu, bagi mereka yang mengalami musibah, judul di atas juga sangat tepat untuk menggambarkan perjuangan mereka bangkit dari titik nol. Tentu saja, sebagai manusia berakal budi kita dapat mengkaitkan judul di atas dengan berbagai pengalaman hidup.
Dalam perjalanan ke tempat kerja, terkadang saya membayangkan kendaraan yang bergerak sebagai sang waktu. Pepohonan, tiang listrik, pagar jalan dan semua benda yang diam adalah manusia yang dalam hitungan menit atau detik akan terlintasi oleh sang waktu. Otomatis para benda yang statis tersebut terlintasi dengan mudah, bahkan untuk jalan yang terlewati kita dapat mengatakan sang waktu menggilasnya. Tentu saja dalam dunia manusia nyata kita tidak ingin terlintasi oleh sang waktu tanpa suatu perbuatan atau karya. Lebih-lebih lagi apabila hanya tergilas oleh waktu tanpa sempat bertanya bahkan membuat aksi yang berarti. Kasihan sekali!
Beberapa kali saya terlibat dalam diskusi mempertanyakan sesuatu yang sedang terjadi di masyarakat. Pada akhir diskusi, pasti ada yang berkata dengan nada pasrah cenderung sinis, “kita lihat saja, waktu akan mengungkapkan semuanya”. Namun terkadang ketika waktu berhasil menghadirkan kenyataan dalam pandangan kita, beberapa orang teman telah terbuang dari peredaran waktu alias telah dipanggil oleh Sang Khalik. Rasa penasaran kita yang tidak terpuaskan akhirnya kita pasrahkan pada sang waktu.
Menunggu seorang teman mendapatkan jodoh terkadang membuat kita gemas. Sementara yang bersangkutan terlihat tenang-tenang saja. “Time will tell, apakah aku ini akan dapat jodoh tahun depan, bulan depan, minggu depan atau besok”. Terdengar enak dan ringan. Sementara ada teman yang dikhianati pasangannya dan terlihat menjalani hidup dengan pasrah terus mengatakan, “Time will heal the pain”. Kurang lebih artinya adalah waktu akan menyembuhkan rasa sakit itu. Lagi-lagi, sang waktu menjadi sandaran kita. Sementara saya makin gemas dengan sang waktu yang betul-betul berjalan tanpa peduli siapa kita. “Time flies” teman bule saya berkata seperti itu. Gila! Ternyata menurut kamus, terjemahannya adalah “waktu itu terbang”. Pasti cepat sekali sampai kita tidak menyadari banyak kesalahan yang telah kita buat dan belum sempat membuat hal yang berarti. Busyet!
Ketika kita menunggu untuk mendapatkan jodoh, pekerjaan baru, sampingan baru, bahkan gosip baru, tentu saja ada saja yang mengatakan “time will tell, yang beralah siapa atau time will tell pacar yang ini bakal jodohnya atau bukan” dan sebagainya. Lalu saat ada yang terpuruk karena kisah cinta yang bergelombang atau sakit hati karena tingkah bos yang seenaknya atau teman yang menyerobot ide, “time will heal the pain” suatu alternatif untuk mengatasi raa sakit hati dan ketidakberdayaan untuk mengadakan perhitungan. Menderita sekali!
Lebih parah lagi, banya lagu yang mengumandangkan kepasrahan kepada sang waktu atas nama ketidakberdayaan kita terhadap tantangan. Namun begitu bukan berarti apabila anda pasrah - bahwa sang waktu akan mengatakan kebenaran suatu hari nanti atau akan menyembuhkan luka batin dan menguburkannya dalam-dalam – berarti anda tidak bekerja. Justru anda bekerja dengan sang waktu sebagai kendaraan anda. Tentu saja kepasrahan itu adalah kepasrahan aktif. Jadi redaksinya sedikit diubah. Time will tell menjadi time will tell my deeds alias waktu akan mengatakan (kebenaran akan) tindakan-tindakanku. Kemudian juga Time will heal the pain menjadi time will heal their pain alias waktulah yang akan menyembuhkan luka mereka bukannya luka saya. Luka saya sudah sembuh sebelum luka mereka sembuh. Berarti apabila anda ditinggalkan oleh kekasih anda, dialah yang merasa sakit hati bukan anda. Parahnya, apabila anda yang meninggalkan kekasih. Alamak! Semoga bukanlah menjadi pembenaran untuk kesalahan kita semua.
Sekali lagi “Time will tell and time will heal the pain” dapat menjadi hal yang positif apabila kita juga ikut mengupayakannya. Jangan pernah menjadi pohon atau tiang listrik yang diam digilas oleh waktu.
Selasa, 22 Januari 2008
IS IT YOU?
Is it you?
I get everything in my life easily. No need to worry about the food, clothes and house(s). No need to worry about the car for tomorrow...no need to worry about my smelly blanket and bed cover...because I never have them when I get home...
I don't need to worry about dollar and rupiah...I don't have to worry about my homework...people will always understand me and my excuses whenever I don't do my homework...Life is pretty easy, huh?
Then now, I worry about my surroundings...I see people come and go...I can never see what my friends do at home...because they are not always around...never know what they think...even my dad and mom never share what they think about everyday, every hour, every minute, every second...
It's confusing...to find out that I am alone...within myself... My friends will not be around for the whole life...they will never be there for me...then who will help and defend me someday when I am in trouble...
"Those who have heart know what lies within this text"
Enjoy your life and wake up late! and it's really too late.....
I get everything in my life easily. No need to worry about the food, clothes and house(s). No need to worry about the car for tomorrow...no need to worry about my smelly blanket and bed cover...because I never have them when I get home...
I don't need to worry about dollar and rupiah...I don't have to worry about my homework...people will always understand me and my excuses whenever I don't do my homework...Life is pretty easy, huh?
Then now, I worry about my surroundings...I see people come and go...I can never see what my friends do at home...because they are not always around...never know what they think...even my dad and mom never share what they think about everyday, every hour, every minute, every second...
It's confusing...to find out that I am alone...within myself... My friends will not be around for the whole life...they will never be there for me...then who will help and defend me someday when I am in trouble...
"Those who have heart know what lies within this text"
Enjoy your life and wake up late! and it's really too late.....
Be a Good Human
Dear Uncle Tom,
Recently, we had a friend visiting us. We have not seen her for quite some time. Her visit opened our eyes wider about things we are fighting for in this world : Equality!
It was so sad listening to her story. She visited us because she thought that we might be able to put her in an enlightement path. We were very sorry for her.
In this country (as some countries still do), mixed marriage between two different races or cultures are still a problem. I don't know why people still have this difficulty. The reason a marriage happened is because you find an honest, humble, kind-hearted, respectful and healthy man whom of course in love with you, girls. No matter his or her skin colors, - when you find out that he or she is the riht person to live with for the rest of your life- you are going to fight for the feeling called "LOVE"!
Youngsters all over the world should realize how difficult God creates all of us. We are a complicated creature! I always feel sad when some parents telling their daughters or sons,"Sean is a good man. However, he is not our kind. We believe that you are going to find another good man from our race". What the hack! Youngsters should be doing what I called as "REBELLION OF THE CENTURY"
We are not from different countries but only different culture. We are very lucky to have open-minded parents. But youngsters like us must not give up whenever our parents tell us how sad their feeling to know our choice - marrying a different kind!
No matter you are Chinese, Javanese, Japanese, American, Australian, European, African...as long as you love your lover and promise to keep "the love until death do us part" - is it a proof that you are such a good human kind?
Sleep on it!
Recently, we had a friend visiting us. We have not seen her for quite some time. Her visit opened our eyes wider about things we are fighting for in this world : Equality!
It was so sad listening to her story. She visited us because she thought that we might be able to put her in an enlightement path. We were very sorry for her.
In this country (as some countries still do), mixed marriage between two different races or cultures are still a problem. I don't know why people still have this difficulty. The reason a marriage happened is because you find an honest, humble, kind-hearted, respectful and healthy man whom of course in love with you, girls. No matter his or her skin colors, - when you find out that he or she is the riht person to live with for the rest of your life- you are going to fight for the feeling called "LOVE"!
Youngsters all over the world should realize how difficult God creates all of us. We are a complicated creature! I always feel sad when some parents telling their daughters or sons,"Sean is a good man. However, he is not our kind. We believe that you are going to find another good man from our race". What the hack! Youngsters should be doing what I called as "REBELLION OF THE CENTURY"
We are not from different countries but only different culture. We are very lucky to have open-minded parents. But youngsters like us must not give up whenever our parents tell us how sad their feeling to know our choice - marrying a different kind!
No matter you are Chinese, Javanese, Japanese, American, Australian, European, African...as long as you love your lover and promise to keep "the love until death do us part" - is it a proof that you are such a good human kind?
Sleep on it!
WHEN THERE IS NO WORD
When There is No Word
Once, my student asked me a very difficult question. "What happened when people had not found any specific language to be spoken?"
I could not answer but guessing. "I guess they used any sound they knew and some sign languages".
After arriving home, I started thinking,"was that the right answer?"
It is hard to imagine when human beings have no words to express their feeling. Moreover, it will be even weird when the spoken language cannot be interpreted in the written form. This writing will not be served in front of you without the presence of the words. I am afraid if I cannot tell you all that I do care about you even there is no chance for me to see you in the year running.
To my imagination, a word contains thousand of stories. Saying,"hi!" will give different views to each of us. Delivering the word "hi" will need us to express it in different ways. What a word!
When you have time and hopefully still have time, please say nice words to all beloved people around you. Also, you may prepare yourself to say good words to any people you might have chances to meet. Remember...when there is no word...there is no world!
my regards,
hugo
Once, my student asked me a very difficult question. "What happened when people had not found any specific language to be spoken?"
I could not answer but guessing. "I guess they used any sound they knew and some sign languages".
After arriving home, I started thinking,"was that the right answer?"
It is hard to imagine when human beings have no words to express their feeling. Moreover, it will be even weird when the spoken language cannot be interpreted in the written form. This writing will not be served in front of you without the presence of the words. I am afraid if I cannot tell you all that I do care about you even there is no chance for me to see you in the year running.
To my imagination, a word contains thousand of stories. Saying,"hi!" will give different views to each of us. Delivering the word "hi" will need us to express it in different ways. What a word!
When you have time and hopefully still have time, please say nice words to all beloved people around you. Also, you may prepare yourself to say good words to any people you might have chances to meet. Remember...when there is no word...there is no world!
my regards,
hugo
WHEN THERE IS NOTHING LEFT
WHEN THERE IS NOTHING LEFT
When there is nothing left
could you just walk away?
don't ever look back
because once you turn your head around
the misery would never say goodbye
it touches and lives with you
and there you go, my friend
walk away and keep trying to keep
your head uprather than to stop and fall
when there is nothing left
I only hope the rain will wash away
the remaining shadows within
and cleanse my soul
only for me
just for me
to rest
in peace
amen!
When there is nothing left
could you just walk away?
don't ever look back
because once you turn your head around
the misery would never say goodbye
it touches and lives with you
and there you go, my friend
walk away and keep trying to keep
your head uprather than to stop and fall
when there is nothing left
I only hope the rain will wash away
the remaining shadows within
and cleanse my soul
only for me
just for me
to rest
in peace
amen!
Senin, 14 Januari 2008
EDISI JUJUR

SUSAHNYA JADI ORANG JUJUR (1)
Setiap orang mempunyai banyak keinginan dimasa kecilnya, tidak terkecuali saya ini. Bahkan dapat dikatakan, saya memiliki banyak keinginan. Ingin jadi insinyur, dokter, tentara, pilot, detektif sampai dengan menjadi Pangeran Diponegoro sang pahlawan nasional yang selalu digambarkan penuh perjuangan gagah berani.
Dari banyak keinginan tersebut, ternyata baru saya sadari pada masa setengah tua ini semuanya itu menggambarkan kemauan untuk mendapatkan yang terbaik. Jelas saja, semua orang ingin mendapatkan yang terbaik dalam hidup ini. Hanya saja, kriterianya bisa berbeda-beda satu sama lain.
Motivasi saya ingin menjadi insinyur adalah supaya bisa membangun gedung yang tinggi dan canggih. Menjadi dokter tentunya adalah seorang dokter yang dapat menyembuhkan penyakit apa saja dan tentu saja juga disukai oleh semua pasien baik tua maupun muda. Begitu bayangan berubah menjadi tentara, tetap saja sosok yang gagah berani dan keren mendominasi. Bahkan hingga keinginan menjadi Pangeran Diponegoro yang gagah berani dan ganteng – dalam benak saya – menaiki kuda yang melompat gagah merasuki jiwa kanak-kanak saya. Semuanya berdasarkan satu insting untuk menjadi dan mendapatkan yang terbaik dalam hidup kita masing-masing.
Seiring waktu, saya menyadari bahwa apa yang saya lakukan sekarang ini dan sering disebut sebagai profesi atau mata pencaharian atau apalah itu, ternyata adalah hal terbaik yang dapat saya persembahkan khusus untuk hidup ini. Hanya saja, sangat sulit untuk melepaskan angan-angan menjadi “something else” seumpama menjadi dokter yang banyak uangnya atau pilot yang ganteng dan dikerubuti oleh banyak pramugari cantik. Alamak!
Dalam episode “SUSAHNYA JADI ORANG JUJUR” ini, akan kita kupas perlahan tentang bagaimana kita sesungguhnya. Sekalianlah saya mencoba untuk menjadi lebih jujur menampilkan sosok saya.
Mari!
Setiap orang mempunyai banyak keinginan dimasa kecilnya, tidak terkecuali saya ini. Bahkan dapat dikatakan, saya memiliki banyak keinginan. Ingin jadi insinyur, dokter, tentara, pilot, detektif sampai dengan menjadi Pangeran Diponegoro sang pahlawan nasional yang selalu digambarkan penuh perjuangan gagah berani.
Dari banyak keinginan tersebut, ternyata baru saya sadari pada masa setengah tua ini semuanya itu menggambarkan kemauan untuk mendapatkan yang terbaik. Jelas saja, semua orang ingin mendapatkan yang terbaik dalam hidup ini. Hanya saja, kriterianya bisa berbeda-beda satu sama lain.
Motivasi saya ingin menjadi insinyur adalah supaya bisa membangun gedung yang tinggi dan canggih. Menjadi dokter tentunya adalah seorang dokter yang dapat menyembuhkan penyakit apa saja dan tentu saja juga disukai oleh semua pasien baik tua maupun muda. Begitu bayangan berubah menjadi tentara, tetap saja sosok yang gagah berani dan keren mendominasi. Bahkan hingga keinginan menjadi Pangeran Diponegoro yang gagah berani dan ganteng – dalam benak saya – menaiki kuda yang melompat gagah merasuki jiwa kanak-kanak saya. Semuanya berdasarkan satu insting untuk menjadi dan mendapatkan yang terbaik dalam hidup kita masing-masing.
Seiring waktu, saya menyadari bahwa apa yang saya lakukan sekarang ini dan sering disebut sebagai profesi atau mata pencaharian atau apalah itu, ternyata adalah hal terbaik yang dapat saya persembahkan khusus untuk hidup ini. Hanya saja, sangat sulit untuk melepaskan angan-angan menjadi “something else” seumpama menjadi dokter yang banyak uangnya atau pilot yang ganteng dan dikerubuti oleh banyak pramugari cantik. Alamak!
Dalam episode “SUSAHNYA JADI ORANG JUJUR” ini, akan kita kupas perlahan tentang bagaimana kita sesungguhnya. Sekalianlah saya mencoba untuk menjadi lebih jujur menampilkan sosok saya.
Mari!
ANAK KAMI

GABRIEL NARENDRA GUNAWAN
Wah, senangnya punya anak! Jelas-jelas perasaan sangat berbeda dengan masa-masa awal menikah. Ketika anak sudah ada di depan mata, memang hidup terasa lebih indah.
Anak pertama kami, kami beri nama Gabriel Narendra Gunawan. Harapannya adalah dia akan menjadi utusan Tuhan yang berguna bagi sesamanya. Lahir pada tanggal 12 November 2007 pukul 2.24 WIB dengan berat 2,86 kg dan tinggi 46cm.
Ada satu hal mengesankan ketika ia lahir. Karena Melia menjalani operasi caesar, maka saya tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang operasi. Ketika sedang mondar-mandir menunggu, seorang suster keluar dari ruang operasi dan membawa seorang bayi.
“Bapak, ini bayinya!” kata suster itu.
Karena berpikir bahwa Melia bukanlah satu-satunya pasien yang mengalami operasi caesar – karena ruang operasi ada beberapa – maka saya sedikit kaget.
“Lho, kok suster tahu ini anak saya?” dengan bodoh pertanyaan itu meluncur begitu saja.
“Ya tahu lah! Bapak yang mengantarkan istri sampai depan ruang operasi dan saya yang menerima kok!” sahutnya.
“Tidak ada yang caesar malam ini selain istri saya?”
“Tidak. Mari ikut saya” sang suster mengajak saya untuk pergi ke ruang perawatan bayi.
Dalam perjalanan ke ruang perawata bayi, saya bertanya-tanya dalam hati, “ Ya Tuhan, bener nih saya jadi bapak?”
“Kok bisa ya?”
Bahagia dan kebingungan campur aduk.
Namun ketika melihat Gabriel dibersihkan, saya menjadi lebih mantap. Saya bisikkan doa “Bapa Kami” ke telinganya.
Dan, resmilah saya menjadi seorang bapak.
Sementara itu Melia masih berada di ruang operasi hingga pukul 21.30 dan sampai di kamar pukul 22.30. Perjuangan berat bagi dia.
Malam itu adalah malam pertama kami menjadi orang tua.
Wah, senangnya punya anak! Jelas-jelas perasaan sangat berbeda dengan masa-masa awal menikah. Ketika anak sudah ada di depan mata, memang hidup terasa lebih indah.
Anak pertama kami, kami beri nama Gabriel Narendra Gunawan. Harapannya adalah dia akan menjadi utusan Tuhan yang berguna bagi sesamanya. Lahir pada tanggal 12 November 2007 pukul 2.24 WIB dengan berat 2,86 kg dan tinggi 46cm.
Ada satu hal mengesankan ketika ia lahir. Karena Melia menjalani operasi caesar, maka saya tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang operasi. Ketika sedang mondar-mandir menunggu, seorang suster keluar dari ruang operasi dan membawa seorang bayi.
“Bapak, ini bayinya!” kata suster itu.
Karena berpikir bahwa Melia bukanlah satu-satunya pasien yang mengalami operasi caesar – karena ruang operasi ada beberapa – maka saya sedikit kaget.
“Lho, kok suster tahu ini anak saya?” dengan bodoh pertanyaan itu meluncur begitu saja.
“Ya tahu lah! Bapak yang mengantarkan istri sampai depan ruang operasi dan saya yang menerima kok!” sahutnya.
“Tidak ada yang caesar malam ini selain istri saya?”
“Tidak. Mari ikut saya” sang suster mengajak saya untuk pergi ke ruang perawatan bayi.
Dalam perjalanan ke ruang perawata bayi, saya bertanya-tanya dalam hati, “ Ya Tuhan, bener nih saya jadi bapak?”
“Kok bisa ya?”
Bahagia dan kebingungan campur aduk.
Namun ketika melihat Gabriel dibersihkan, saya menjadi lebih mantap. Saya bisikkan doa “Bapa Kami” ke telinganya.
Dan, resmilah saya menjadi seorang bapak.
Sementara itu Melia masih berada di ruang operasi hingga pukul 21.30 dan sampai di kamar pukul 22.30. Perjuangan berat bagi dia.
Malam itu adalah malam pertama kami menjadi orang tua.
Langganan:
Postingan (Atom)